Saturday 20 November 2010

KUASA ALLAH DALAM KELEMAHAN KITA (Bag. 1)

"Karena sekalipun Ia telah di salibkan oleh karena kelemahan, namun Ia hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah". (II Kor 13:4). Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagi-Mu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (II Kor 12:9).

Semua orang  memiliki kelemahan. Sesungguhnya kitapun memiliki sekumpulan kelemahan dan ketidak sempurnaan; fisik, emosi, intelektual, dan rohani. Saudara juga mungkin memiliki keadaan yang tidak bisa dikendalikan yang memperlemah anda, seperti keterbatasan keuangan atau hubungan. Masalah yang lebih penting ialah apa yang akan kita kerjakan dengan kelemahan-kelemahan ini. Kebiasaan banyak orang menyangkali kelemahan mereka, membelanya, mencari dalih untuknya, menyembunyikannya dan membencinya. Hal ini mencegah Allah menggunakannya dengan cara yang Allah inginkan.Allah memiliki pandangan yang berbeda tentang kelemahan-kelemahan anda. Dia berfirman, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah Firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yes 55:8-9). Karena itu Allah sering bertindak dengan cara-cara yang sangat bertentangan dengan apa yang kita harapkan. Kita mengira bahwa Allah hanya ingin memakai kekuatan-kekuatan kita, padahal Dia juga ingin menggunakan kelemahan-kelemahan kita bagi kemulian-Nya.

Alkitab berkata, "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang terpandang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan yang tidak berarti, dipilih allah untuk meniadakan yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri dihadapan Allah". (I Kor 1:27-29). Kelemahan-kelemahan kita bukanlah suatu kebetulan. Allah dengan sengaja mengizinkannya ada dalam kehidupan kita dengan tujuan untuk menunjukkan kuasa-Nya melalui hidup kita.
Allah tidak pernah terkesan dengan kekuatan yang hanya digunakan untuk mencukupi diri sendiri. Sesungguhnya, Dia tertarik kepada orang-orang lemah yang mengakui kelemahan mereka. Pengakuan akan hal tersebut Yesus katakan: "miskin dihadapan Allah". Inilah sikap yang diberkati Allah. Alkitab dipenuhi dengan contoh-contoh tentang bagaimana Allah senang memakai orang-orang biasa yang tidak sempurnah untuk melakukan hal-hal luar biasa walaupun mereka mempunyai berbagai kelemahan.

Kelemahan yang dimaksud bukanlah kelemahan karena dosa, Kejahatan atau cacat karakter. Tetapi kelemahan yang dimaksud adalah suatu keterbatasan yang kita warisi dimana kita tidak punya kuasa untuk mengubahnya, itu bisa keterbatasan fisik, seperti cacat, penyakit kronis, tenaga yang lemah secara alami dan lain-lain. Bisa juga suatu keterbatasan emosional, seperti trauma, ingatan yang menyakitkan, keanehan kepribadian, atau temperamen bawaan. Atau bisa pula merupakan suatu keterbatasan bakat atau kecerdasan. Tidak semua kita merupakan orang-orang yang sangat cemerlang atau berbakat.

Bila mengingat keterbatasan di dalam kehidupan kita, mungkin kita akan berkata, "Allah tidak akan pernah bisa memakaiku" Tetapi Allah tidak pernah dibatasi oleh berbagai keterbatasan kita. Sebetulnya Allah senang menaruh kuasa-Nya yang besar kedalam bejana-bejana biasa. Firman-Nya berkata: "Tetaoi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami". (II Kor 4:7). Seperti keramik biasa, kita mudah retak dan cacat serta pecah. Tetapi Allah akan memakai kita jika kita mengizinkan-Nya bekerja melalui kelemahan-kelemahan kita. Supaya hal tersebut terjadi, kita harus mengikuti teladan Paulus, yaitu:

Akuilah Kelemaha-kelemahan Anda.
Akuilah ketidak sempurnaan anda. Berhentilah berpura-pura memiliki semuanya, dan jujurlah tentang diri anda sendiri. Dari pada hidup dalam penyangkalan atau membuat alasan-alasan, ambillah waktu untuk mengenali kelemahan-kelemahan pribadi kita. Dan kita bisa membuat daftar kelemahan-kelemahan tersebut. Dua pengakuan terkenal di dalam Perjanjian Baru menggambarkan apa yang kita butuhkan untuk kehidupan yang sehat. Yang pertama adalah pengakuan Petrus yang berkata kepada Yesus, "Engkau adalah mesias, Anak Allah yang hidup". ( Mat 16:16). Yang kedua adalah pernyataan Paulus, yang berkata kepada para penyembah berhala, "Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu" (KPR 14:15). Jika kita ingin Allah memakai kita, intinya adalah kita harus mengenal siapa Allah dan siapa kita. Banyak orang Kristen yang melupakan kebenaran yang kedua itu, bahwa kita hanyalah manusia biasa!.

Senanglah Didalam Kelemahan-kelemahan Anda. 
Paulus berkata: "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah maka aku kuat". (II Kor 12:9-10). Mungkin ini tidak masuk akal, kita semua ingin dibebaskan dari setiap kelemahan kita, bukannya senang dengannya!. Tapi rasa senang adalah ekspresi iman di dalam kebaikkan Allah. Senang berarti mengatakan, "Tuhan, aku percaya Engkau mengasihiku dan Engkau tahu apa yang terbaik bagiku.

Paulus memberi kita beberapa Alasan untuk senang di dalam kelemahan bawaan kita. Pertama, kelemahan-kelemahan menyebabkan kita bergantung pada Allah. Dengan menunjuk pada kelemahannya sendiri, yang Allah tolak untuk disingkirkan, Paulus berkata,"aku bermegah atas kelemahanku". Itu berarti kapanpun kita merasa lemah, Allah sedang mengingatkan kita untuk bergantung pada-Nya. Kedua, kelemahan-kelemahan mencegah kesombongan. Kelemahan tersebut menjaga supaya kita tetap rendah hati. Paulus mengatakan, "Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri dalam daging, yaitu seorang utusan iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri." (II Kor 12:7). Sebuah keterbatasan bisa bertindak sebagai pengatur yang menjaga kita untuk tidak melangkah terlalu cepat dan berlari mendahului Allah.

Ketika Gideon merekrut 32.000 prajurit untuk memerangi orang Midian, Allah memotongnya sampai tinggal hanya 300 orang, sehingga menghasilkan pertarungan 450 lawan 1 ketika mereka keluara untuk berperang melawan 135.000 prajurit musuh. Ini sepertinya resep menuju bencana, tetapi Allah melakukannya supaya bangsa Israel bisa mengetahui bahwa kuasa Allahlah, bukan kekuatan mereka sendiri yang menyelamatkan mereka.....(Bersambung ke bagian 2).
From : Warta Jemaat GEPKIM- Batu Aji-Batam
Edisi : 14 November 2010.





Friday 19 November 2010

Anugah-Mu: Orang Benar Akan Hidup Oleh Iman

Anugah-Mu: Orang Benar Akan Hidup Oleh Iman

MEMBERI TANPA PAMRIH

   Di sebuah lembah sebelah utara pegunungan Alpen, Jerman, ada
  sebuah biara terkenal, namanya Maulbronn. Sejarah panjangnya bisa
  ditelusuri sejak tahun 1147. Pada 1993, oleh UNESCO, tempat tersebut
  diangkat sebagai salah satu warisan budaya dunia. Salah satu yang
  terkenal dari biara ini adalah sebuah mata air yang keluar dari sisi
  sebuah bukit. Aliran air tersebut dialirkan melalui sebatang pohon
  yang sudah terlebih dahulu dikosongkan, sehingga berbentuk pipa.
  Batangan pohon tersebut bersambung dengan batangan pohon lain.
  Begitu seterusnya. Derasnya aliran air membuat suara gemericik air
  menjadi salah satu atraksi tersendiri di sana.

  Di samping rangkaian batang pohon itu terdapat sebuah tulisan dalam
  bahasa Jerman, yang artinya: "Jika ada orang yang datang dan meminum
  air ini, apakah mereka akan berterima kasih? Tetapi, tidak apa-apa,
  bagaimanapun saya akan terus mengalir dan bergemericik. Betapa indah
  dan sederhananya hidup saya: saya memberi dan terus memberi."

  Berbuat baik kepada sesama tanpa memperhitungkan balas jasa atau pun
  ucapan terima kasih adalah salah satu aspek dari kemurahan hati.
  Dan, murah hati (bahasa Yunani: eleemon) adalah salah satu karakter
  Bapa. Dia berbuat baik kepada orang yang tidak tahu berterima kasih,
  bahkan juga kepada yang jahat (ayat 35). Tuhan ingin kita, para
  pengikut-Nya, mempunyai kualitas hidup "lebih" dari yang biasa-kalau
  kita hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita,
  apalah istimewanya? Maka, perlu kita bercermin kepada kemurahan hati
  Bapa; yang memberi tanpa pamrih, berbagi tanpa syarat --AYA

         BERBUAT BAIK KEPADA ORANG LAIN ITU TINDAKAN TERPUJI
            TETAPI BERBUAT BAIK TANPA PAMRIH ITU ISTIMEWA

Thursday 18 November 2010

BERJALAN DENGAN IMAN

“Sebab Hidup Kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” – 2 Kor 5:7.
‘KeKristenan dimulai dari iman. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11: 1).
            Iman membuka pintu kepada suatu hubungan yang luar biasa dengan Allah yang hidup dan Maha kuasa. Pahlawan-pahlawan iman adalah mereka yang memiliki hubungan yang akrab dan karib dengan allah. Bagi mereka Allah adalah segalanya. Allah adalah taruhan hidup mereka. Allah adalah kekuatan mereka, sukacita, penghiburan, jalan keluar dan penolong bagi mereka. Sebagaimana dinyatakan Firman-Nya; “aku melayangkan mataku kegunung-gunung; dari manakah dating pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. (Maz 121:1-2).
            Para saksi iman tidak melihat Allah sebagai penyebab masalah yang dihadapi. Tetapi pembawa berkat. Mereka tidak mempersoalkna masalah tetapi meningkatkan iman mereka dalam menangani masalah yang di hadapi. Jika kita pelajari keseluruhan mengenai pahlawan-pahlawan iman dalam ibrani pasal 11, maka ada satu hal yang sama pada mereka. “mereka berjalan dengan iman dan bukan dengan pengelihatan”. Hal yang demikian jugalah yang perlu kita hadapi dan jalani masa kini.
            Untuk berjalan dengan iman menuntut beberapa langkah penting yang harus di tempuh, yakni:
1.     Berjalan dengan iman, berarti siap menanggung resiko.
Pahlawan-pahlawan iman adalah mereka yang siap menanggung resiko. Diantaranya, Abraham “bapa orang beriman” meninggalkan urkasdim tanpa tahu kemana harus pergi (Kej 12:1-9). Orang tua Musa menyembunyikan Musa selama tiga bulan. “karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja”. (Ibrani 11:23).
Sadrak, Mesakh, Abednego tanpa takut nyala api yang dipanaskan tujuh kali lipat (Daniel 3:16-18). Daniel tanpa takut akan terkaman singa lapar yang melawam perintah rajauntuk berdoa kepada Tuhan (Daniel 6:16-18). Penderitaan, siksaan, bahkan maut dan kematian adalah resiko yang mesti dihadapi orang beriman. Tiap-tiap orang berani menghadapi segala resiko demikian demi mempertahankan iman kepada Kristus Yesus merupakan pahlawan iman. Dan baginya telah tersedia mahkota kehidupan sebaimana telah dijanjikan Tuhan atas setiap orang yang tahan uji. “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia”. (Yakobus 1:12).
      Penderitaan dan kesulitan apapun yang harus dihadapi, jangna pernah menyerah, dan tetap berdiri teguh dalam iman dan kepercayaan kepada Kristus Yesus kita. Sebab dibalik setiap resiko yang dihadapi dalam mempertahankan iman kepada Allah, tersedia berkat-berkat Tuhan yang tiada ternilai. Dan “apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah di dengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia; semua yang disediakan allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Kor 2:9).
2.     Berjalan dengan iman, berarti taat pada janji-janji Allah.
Iman berasal dari janji Allah, sebagaimana dikatakan; “jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17). Ditopang oleh janji-Nya, “setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya diatas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan diatas batu” (Matius 7: 24-25).Hari ini setiap umat Allah yang rindu menikmati janji Tuhan digenapi atasnya,  harus dimulai dengan ketaatan penuh kepada janji Firman Allah tanpa perlu banyak pertimbangan duniawi.
3.     Berjalan dengan iman, berarti pandangan hanya tertuju kepada Allah.
Artinya, percaya penuh bahwa pertolongan kita hanya datanynya  dari Allah yang sanggup menyelesaikan masalah kita. Dengan berkata bahwa: “Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi” (Maz 121:1-2). Kita tidak ragu sedikitpun, dan tidak mencari pertolongan diluar Allah. Iman kita yang menyelesaikan masalah, bukan kekuatan manusia atau hal-hal lainnya.
            Ketika persoalan datan menerpa pandangan mata rohani tetap tertuju kepada Yesus. Tidak ada waktu memandang kepada pribadi lain kecuali Tuhan Yesus Kristus, sandaran iman yang sejati. Fokus dan tujuan hidup adalah Tuhan Yesus Kristus, dengan demikian kemenangan dan keberhasilan akan mengiringi langkah kehidupan kita.
            Jika saat ini saudara/I belum percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus Kristus, mesias yang hidup, ! renungkanlah dan jawablah pertanyaan berikut: “adakah pribadi yang ajaib, berkuasa, mulia, agung, besar, dan lebih hebat dan kuat dari apapun juga kecuali
Allah?????

From: Warta Jemaat GEPKIM- Batu aji-Batam
            Edisi: 07 November 2010

Monday 1 November 2010

Bagaimana Allah Menyembuhkan Luka Emosi Kita

Langkah 1: Akuilah kebutuhan Anda untuk disembuhkan... Bagi banyak orang hal ini bukan masalah.Tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui bahwa kita mempunya kebutuhan, maka jelas tidak ada tempat untuk kesembuhan atau pertolongan dalam hidup kita.Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tAnda kesehatan mental yang baik dan bukti dari sikap yang jujur.
Setiap orang membutuhkan kesembuhan dan pertumbuhan emosi dan kepribadian.Jangan pikir Anda adalah perkecualian.Kerelaan untuk belajar dan kerendahan hatilah yang akan mengijinkan kesembuhan dimulai dalam hidup Anda.Beberapa dari antara kita bergumul untuk mengakui kebutuhan kita karena takut ditolak.Tetapi sebaliknyalah yang benar;Jika kita mengakui kebutuhan kita, orang lain lebih menghargai kita atas kejujuran kita itu.Kita semua mungkin dapat mengingat suatu saat ketika kita menceritakan kebutuhan itu dan kemudian dilukai seseorang yang tidak menanggapi kita dengan kasih atau bijaksana.Namun janganlah pengalaman itu menahan kita dari kesembuhannyang ingin Allah berikan.Jangan biarkan pengalaman masa lalu menentukan tindakan atau sikap kita untuk masa depan.
Mulailah dengan bersikap jujur dengan Allah.Lagipula Ia mengenal Anda dengan baik sekali dan ia tidak akan menolak Anda.Sesungguhnya Ia rindu dan sedang menunggu Anda untuk bersikap jujur sehingga Anda dapat menerima kasih dan pertolonganNya.Ceritakanlah kepadaNya segala sakit hati, kekecewaan Anda --pokoknya segalanya.
kemudian, Anda dapat membuka diri terhadap orang lain yang dapat membantu Anda mengikuti langkah-langkah kesembuhan ini.Pilihlah seorang teman kristen yang DAPAT DIPERCAYA dan yang mau BERDOA dengan Anda serta MEMBESARKAN hati Anda.
Jika Anda telah berbuat salah terhadap orang lain, Anda juga perlu menemui mereka dan membereskannya .Ini adalah bagian dari pengakuan akan kebutuhan Anda Anda. Kita lakukan ini bukan supaya diampuni Allah, tetapi justru karena kita telah diampuni. Buah hubungan yang benar dengan Allah ialah menghendaki dipulihkannya juga hubungan yang retak dengan orang lain.
John Stot, teolog Anglikan yang terkenal, memberi peringatan yang berharga mengenai bidang ini dalam bukunya, Akuilah dosa-dosamu. Ia bicara tentang lingkaran pengakuan terbuka: dosa tersembunyi, dosa pribadi, dan dosa di depan umum. Kita harus mengakui dosa menurut tingkat kejadiannya. Jika dosanya adalah dosa yang tersembunyi, yaitu dosa hati atau pikiran yang tidak pernah dilakukan atau diucapkan kepada orang lain, maka itu hanya perlu diakui kepada Allah saja. Tentunya Anda bebas mengungkapkannya kepada teman dekat atau saudara seim an karena ingin jujur dan bertanggung jawab tetapi kita tidak harus melakukan hal itu. Itu adalah pilihan kita sendiri. Sesungguhnya kita dapat melakukan hal itu hanya jika kita yakin akan seseorang, dan apabila kita rasa Tuhan memimpin kita secara khusus untuk melakukan hal itu dan jangan sekali-kali karena kita merasa terpaksa melakukannya. Demikianpun kita harus bijaksana dan hati-hati dalam menyampaikannya.
Sungguh tidak bijaksana untuk mengakui dosa kita kepada orang lain. Jika orang terhadap siapa kita berdosa tidka mengetahuinya, jangan bebani orang itu dengan dosa kita kecuali ada alasan yang jelas mengapa hal itu dapat menolong mereka. Jika ragu, carilah dahulu nasihat dari orang-orang yang dewasa rohani.
Ada beberapa dosa yang dilakukan pada tingkat rahasia atau pribadi dalam kehidupan kita yang amat memalukan. Saya percaya harus ada pemulihan dari rasa malu -- khususnya untuk dosa-dosa kenajisan dosa seks. Jika kita harus meminta maaf kepada seseorang karena berbuat dosa terhadapnya dengan cara itu, janganlah menguraikannya secara terperinci, atau menggunakan kata-kata yang tidak bijaksana. Katakan seperlunay saja. Akui bahwa Anda mengecewakannya atau berbuat dosa terhadapnya dan mintalah maaf. Itu sudah cukup...
Pedoman yang baik untuk diikuti adalah: Jika bertalian dengan dosa tersembunyi, akuilah kepada Allah; jika menyangkut dosa pribadi, mintalah maaf kepada orang yang bersangkutan; dan jika berhubungan dengan dosa kepada umum, mintalah maaf kepada kelompok bersangkutan.
Sebagai kesimpulan, langkah-langkah untuk kesembuhan dan pemulihan yang utuh bertalian dengan kejujuran akan kebutuhan kita ini adalah sebagai berikut:
A.     Akuilah kebutuhan dan dosa kita. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah ke dalam hidup kita.
B.     Terimalah kasih karunia Allah. Kasih karuniaNya adalah pemberian kasihNya, penerimaanNya dan pengampunanNya bagi kita, dan hal itu membuat kita merasa aman di dalam Dia. Rasa aman itu membangun iman.
C.    Percayalah kepada Tuhan dan orang lain. Iman mendatangkan kepercayaan dan memungkinkan kita mempunya hubungan akrab dengan Allah dan sesama.
D.    Bangunlah hubungan hati ke hati dengan Allah dan sesama. Hubungan tersebut dimungkinkan jika kita telah merendahkan hati. Maka Allah dapat menyalurkan kasih dan pengampunan kepada kita secara pribadi dan di dalam hati kita kepada orang lain. Maka Allah dapat menyalurkan kasih dan pengampunan kepada kita secara pribadi dan di dalam hati kita kepada orang lain.
Kebalikan dari proses ini akan mengarah kepada kepedihan yang lebih besar dan keterlukaan emosi.
A.     Hubungan yang retak. Ketika hubungan menjadi retak, kita sulit mempercayai org lain.
B.     Legalisme. Jika hubungan kita dengan orang lain salah, kita cenderung menghakimi dan mengritik. Kita hidup dibawah "hukum", bukan dibawah kasih karunia. Hal ini menyebabkan kita tidak mempercayai orang (curiga)
C.    Curiga. Jika kita tidak mempercayai orang lain seringkali kita memproyeksikan kecurigaan itu, dan sebaliknya mereka tidak mempercayai kita. Maka bertumbuhlah suasana penolakan dan tembok diantara kita dan orang lain.
D.    Tembok. Tembok menghasilkan keterpisahan, kebalikan dari hubungan hati ke hati.
Dalam bersikap jujur mengenai kebutuhan kita, pentings eklai untuk membedakan antara dosa, luka hati dan ikatan. Untuk dosa perlu ada pengampunan, untuq luka perlu kesembuhan dan untuk ikatan rohani kita perlu pembebasan. Kadang-kadang kita membutuhkan pertolongan dalam ketiga bidang tersebut.
Anda tidak dapat mengakui luka sebagai dosa, sebab luka bukanlah dosa. Namun, jika sebagai akibat terluka Anda mengembangkan sikap atau respons yang berdosa, meskipun orang lain itu yang bersalah, Allah tetap minta pertanggungjawaban Anda atas respons Anda. Sesungguhnya-Allah tidak menganggap orang itu bersalah 80% dan Anda hanya 20 %, tetapi keduanya , baik Anda maupun orang itu , 100% bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing. Jika Anda tidak menerima tanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan Anda, kesembuhan akan terhambat. Mengapa demikian? Jika sikap Anda penuh kekesalan, kepahitan, atau tidak mengampuni, kesembuhan dan pengampunan Allah akan terhambat. "lkarena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang disurga akan mengampuni kamu juga... Tetapi jikalau kamu tidak mengmapuni orang,Bapamu juga tidak akan mengapuni kesalahanmu"(Mat 6:14,15)
Saya ingin menekankan bahwa penting sekali untuk mengakui kebutuhan kita akan kesembuhan dalam hidup kita. SAYA TELAH MELIHAT BANYAK ORANG YANG SIBUK MELAKUKAN PEKERJAAN BAGI TUHAN, tetapi kegiatan mereka DICEMARI OLEH KEINGINAN MEREKA UNTUK MEMBUKTIKAN DIRI, ATAU UNTUK DITERIMA, ATAU UNTUK MENGATASI RASA TIDAK AMAN MENGENAI APA YANG MEREKA LAKUKAN.
Pelayanan kita kepada Allah dan sesama harus mengalir dari rasa aman dan kesejahteraan kita , bukanlah karena ingin membuktikan diri atau ingin menjadi "SESEORANG". Dalam jangka panjang kita akan mampu bertumbuh semakin dekat kepada Bapa kita yang penuh kasih, kita akan merasa lebih baik mengenai diris endiri, kita akan lebih menikmati pekerjaan kita dan akan menjadi berkat yang lebih besar bagi orang lain JIKA KITA MENYEDIAKAN WAKTU UNTUK MENERIMA KEUTUHAN DAN KESEMBUHAN BATHIN.
Langkah 2:Akuilah emosi yang negatif
Beberapa diantara kita mengarungi hidup ini dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajar bagaimana mengenali atau MENGKOMUNIKASIKAN perasaan kita, sehingga kita menimbun kemarahan , kekecewaaan, ketakutan, kepahitan, dan emosi negatif lain sejak kanak-kanak. Menindih emosi yang satu diatas yang lain sama seperti menumpuk sampah, lapis demi lapis di dalam kantong sampah. Sesuatu yang akhirnya harus dibuang.
Proses penimbunan emosi yang tidak dapat dikenali dan dikomunikasikan itu menghasilkan akibat-akibat yang tragis, dari tukak lambung(penyakit maag) sampai bunuh diri. Kebanyakan kita tidak diajarkan bagaimana mengatasi kesulitan. Kita bertumbuh secara secara fisik sedangkan batin kita mengalami kemandegan. Kita menyimpan penghalang emosi yang menghalangi kita untuk memberi dan menerima dalam hubungan kita dengan orang lain dan dengan Bapa kita.
Dr. Phil Blakely, menyatakan bahwa untuk menangani masalah ini kita perlu "diuraikan kembali", yaitu mengeluarkan uneg-uneg yang tertimbun di dalam diri kita. Untuk melakukan hal ini kita memerlukan pertolongan seseorang.
Bagi orang Kristen, itu berarti dimulai dengan DOA. JIKA BUKAN KEPAD561ESUS KITA BERPALING SEBELUM BERPALING KEPADA ORANG LAIN, maka kita TIDAK AKAN PERNAH disembuhkan. Dialah pencipta kita, Dia merindukan kita untuk membagi perasaan dengan-Nya, sebab Ia sangat mengasihi kita
Dr. Phil Blakely, menyatakan bahwa untuk menangani masalah ini kita perlu "diuraikan kembali", yaitu mengeluarkan uneg-uneg yang tertimbun di dalam diri kita. Untuk melakukan hal ini kita memerlukan pertolongan seseorang.
Bagi orang Kristen, itu berarti dimulai dengan DOA. JIKALAU BUKAN KEPADA YESUS KITA BERPALING SEBELUM BERPALING KEPADA MANUSIA-, maka kita TIDAK AKAN PERNAH disembuhkan. Dialah pencipta kita, Dia merindukan kita untuk membagi perasaan dengan-Nya, sebab Ia sangat mengasihi kita.
Tentu saja, kita perlu berbicara dengan orang lain. Penting sekali untuk membina persahabatan dengan orang lain yang mengijinkan kita untuk bersikap sebagaimana adanya kita, tetapi YANG CUKUP MENGASIHI SEHINGGA MAMPU UNTUK MENEGUR JIKA KITA BERBUAT SALAH.
Menyuarakan emosi itu sendiri bukanlah obat yang manjur. Mengkomunikasikan perasaan HANYALAH membersihkan saluran mental kita sehingga akar penyebab masalah kita dapat ditangani. Jika kita mengungkapkan rasa bersalah yang tertimbun, itu bukan berarti kita sudah menangani penyebab rasa bersalah itu. Disinilah psikologi relativisme gagal. Membuat orang membicarakan perasaan bersalah mereka -akan melegakan mereka. -tetapi dalam jangka panjang-, jika mereka tidak menerima tanggung jawab atas pelanggaran hukum moral Allah, rasa bersalah itu akan muncul kembali(kecuali tentunya jika seseorng memadamkan sama sekali hati nuraninya dan kehilangan kemampuan untuk merasakan apa-apa)
Meskipun emosi itu sendiri bukanlah dosa, emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah, diri sendiri, atau orang lain. Disitulah kita memerlukan norma-norma alkitabiah untuk menilai apakah sikap kita telah berdosa. Jika benar demikian, kita harus menganggapnya tidak sehat atau salah.
Allah tidak bermaksud supaya kita hidup menurut perasaan-atau demi perasaan. Beberapa orang hidup dengan dalih bahwa jika mereka merasa sesuatu itu baik, maka itu pasti baik, dan jika mereka merasa sesuatu itu tidak baik, itu berarti tidak baik. Mungkin saja itu adalah filsafat yang baik, tetapi jelas tidak alkitabiah. Kebenaran yang disingkapkan kepada kita di dalam alkitab itulah yang mengarahkan hidup kita, bukan perasaan. Allah memberi kita kemampuan untuk berperasaan dan maksudNya ialah untuk mendorong kita membuat pilihan yang benar. Jika kita tidak hidup menurut ketetapan Allah, maka kita merusak maksud Allah yang sebenarnya dalam memberi kita perasaan, dan memakai perasaan itu untuk mengukuhkan gaya hidup yang penuh kesenangan dan mementingkan diri. Beberapa orang benar-benar dikendalikan oleh emosi mereka, sedangkan beberapa lainnya sama sekali tidak tahu bahwa mereka sampai kepada titik dimana mereka berpikir bahwa sama sekali tidak menunj ukkan perasaan itu sangatlah "kristiani". Hal itu bukanlah tAnda kedewasaan atau "kerohanian". Allah menciptakan kita untuk menjalankan kehidupan yang seimbang dimana kita mengekspresikan dan menikmati perasaan kita, dan bebas memanfaatkanya dengan jujur dan membangun.
Para suami, ayah dan pemimpin rohani dapat menjadi penolong yang sangat berarti dengan mendorong keluarga mereka dan jemaat untuk mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka.
Keinginan kita untuk membimbing seseorang dapat menjadi tidak efektif, atau bahkan merugikan jika mereka yang kita bimbing tidak diberi kesempatan tersebut. Dengan menciptakan peluang bagi mereka yang ada disekitar kita untuk BERLAKU JUJUR, kita dapat membimbing mereka ke dalam hubunga yang lebih akrab dengan Allah. Mereka akan lebih mempercayai kita dan akan merasakan kesungguhan kita terhadap mereka-yang pada gilirannya memberi kita kebebasan untuk berbicara terus terang dalam hidup mereka.
Dimana tidak ada kepercayaan, disitu kita tidak mempunyai otoritas. Dengan memberi kesempatan kepada orang untuk berlaku JUJUR, kita memberi "kasih karunia". Pada gilirannya hal ini memberi mereka rasa aman untuk berlaku jujur, bukan saja mengenai perasaan mereka, tetapi juga kebutuhan mereka. Jika orang yang kita bimbing mempunyai kecurigaan yang besar terhadap orang lain, khususnya tokoh-tokoh yang berotoritas, mungkin itu karena mereka belum pernah belajar mengungkapkan perasaan dengan jujur dalam suasana kasih dan penerimaan.
Pada suatu petang, isteri Saya -Sally-menceritakan kepada Saya beberapa masalah pribadi yang ia alami. Saya segera mulai memberi nasehat. Saya tidak akan melupakan responsnya terhadap Saya,"Aku tidak datang kepadamu supaya kamu menasihatiku dan berkhotbah kepadaku. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Jika kamu menasihatiku, rasanya kamu tidak mendengarkan atau memperdulikanku. Aku butuh seseorang yang mau mendengarkanku. Jika aku tidak dapat berbicara kepadamu, lalu aku harus berbicara kepada siapa? "
Hari itu saya ambil keputusan untuk menjadi jenis suami yang memberi kebebasan dan rasa aman kepada Isteri (dan juga kepada orang lain dalam hal tersebut) -- untuk mengungkapkan perasaan mereka tanpa rasa takut dihakimi, dikhotbahi atau diserang.
Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi dan kecurigaan ini, mintalah Allah untuk memberi seorang tokoh yang memberi dorongan untuk berlaku jujur mengenai perasaan Anda. Juga , ampunilah mereka yang di masa lalu tidak memberi Anda kebebasan untuk itu. Motivasi Anda untuk mengungkapkan perasaan seharusnya BUKAN untuq meyakinkan orang lain terhadap pAndangan Anda melainkan untuk berlaku jujur. Kejujuran Anda HARUS timbul dari keinginan untuk mengakui emosi yang negatif sehingga Anda menjadi orang yang dikehendakiNya.
Jika kita pernah disakiti oleh seorang tokoh yang berotoritas, atau berselisih dengan mereka, kita wajib mencari Allah terlebih dahulu sebelum kita datang kepada mereka, Jika setelah berdoa kita masih tidak memahami keputusan yang mereka buat, maka kita dapat meminta mereka untuk menerangkan pAndangan mereka itu.
Kita bebas untuk tidak sependapat dengan seorang pemimpin, tetapi kita tidak boleh membiarkan hal itu mempengaruhi sikap kita terhadapnya. Kita dapat berbeda pendapat tanpa menghakimi atau memutuskan hubungan. Perpecahan tidak pernah terjadi karena perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat YANG MEMBANGUN adalah sehat. Pada saat perbedaan pendapat menyebabkan kritik atau penghakiman, maka perpecahan dapat terjadi. Setiap masalah yang mengancam kesatuan dapat diatasi dengan kerendahan hati dan pengampunan yang lebih besar. Allah sangat mempedulikan sikap hati kita, juga menolong kita bertumbuh dengan bersikap terbuka dan jujur mengenai perasaan kita.
Langkah 3: Ampuni mereka yang TELAH menyakiti Anda
Mengampuni bukanlah sekedar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita, juga bukan semacam perasaan rohani yang mistique. Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan meskipun disakiti.
Mengampuni seringkali merupakan proses dan bukan suatu tindakan "sekali jadi". Kita terus mengampuni SAMPAI rasa sakit itu hilang. Semakin dalam lukanya, semakin besar pengampunan itu diperlukan. Sama seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan menjaga agar jangan sampai terkena infeki supaya dapat sembuh dengan baik, begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin kita dari kepahitan supaya luka-luka itu juga dapat sembuh. SETIAP KALI ANDA TERINGAT ORANG TERTENTU DAN MERASA SAKIT, AMPUNILAH DIA. Katakan saja kepada Tuhan bahwa Anda memilih untuk mengasihinya dengan kasih-Nya. Terimalah kasihNya untuk orang itu dengan IMAN. Lakukanlah hal itu setiap kali Anda teringat orang tersebut sampai Anda merasa benar-benar sudah mengampuninya.
Pengampunan Allah terhadap kita harus menjadi motivasi kita untuk mengampuni. Jika Anda merasa sukar mengampuni orang lain cobalah pikirkan sejenak seberapa banyak Dia TELAH mengampuni Anda. Jika Anda merasa tampaknya tidak banyak, maka mintalah kepadaNya untuq menyingkapkan hidup Anda sebagaimana Ia melihatnya. Ia akan menjawab doa Anda JIKA Anda berseru kepadaNya dengan sungguh-sungguh.
Langkah 4: Terimalah Pengampunan.
Jika Anda telah disakiti oleh orang lain dan telah berdosa dalam reaksi Anda terhadap mereka, maka penting sekali tidak hanya untuk mengampuni mereka yang menyakiti Anda, tetapi juga minta ampun kepada Allah atas tindakan Anda yang salah terhadap mereka. Jika Anda lakukan ini, mungkin Anda akan merasakan suatu kebutuhan untuk MENGAMPUNI DIRI SENDIRI. Ada kalanya, musuh terbesar kita adalah kegagalan kita sendiri. Sering kali kita lebih keras terhadap diri sendiri daripada terhadap siapapun. Jika Anda mengalami kegagalan, curahkanlah rasa gagal itu kepada Tuhan didalam doa, akui dosa Anda, dan katakan kepadaNya bahwa Anda TELAH mengampuni diri sendiri. Setiap kali rasa gagal itu muncul berterima kasihlah kepada-Nya buat pengampunan-Nya.
Ada perbedaan besar antara penyesalan terhadap dosa dan penghukuman. Penghuan 562berasal dari suatu perasaan gagal. Penyesalan IALAH karena kita telah berdosa. Penyesalan itu spesifik dan jelas, dan berasal dari Tuhan, penghukuman itu samar-samar dan umum, dan berasal dari diri kita sendiri atau iblis.
Jika Anda telah berbuat dosa, tetapi Anda tidak yakin, mintalah supaya Tuhan supaya Tuhan memberi penyesalan. Sebagai Bapa yang penuh kasih Ia akan mendisiplin Anda. JIka penyesalan itu tidak datangsementara Anda menanti dihadapanNya dalam doa, bersyukurlah kepadaNya atas kasihNya dan pengampunanNya dan lanjutkan kegiatan Anda pada hari itu. tetaplah terbuka bagiNya untuk menunjukkan sikap salah apapun pada diri Anda, tetapi jangan menjadi lumpuh oleh sikap mawas diri(introspeksi). Jangan berkubang dalam perasaan kasihan pada diri sendiri. Hal itu sangat merusak.
Jika Anda mempunyai sikap yang salah terhadap siapapun yang telah menyakiti Anda, maka penting sekali mengakui hal itu kepada Allah. Tetapi hati-hatilah: kasihan diri DAPAT menjadi TIRUAN dari pertobatan yang sejati.
Menangani bagian kita dalam suatu masalah, seringkali melepaskan Roh Kudus untuk bekerja di dalam hati orang lain. Bahkan jika hal itu tidak terjadi, kita tetap mempunyai TANGGGUNG JAWAB untuk menjaga hati kita bersih di hadapanNya. Jika Anda menjadi kritis..., keras hati, iri, membangkang, sombong, enghakimi, atau pahit hati, maka Anda perlu berurusan dengan respons Anda. Jika Anda rendah hati di hadapanNya, Ia akan mengampuni dan menyebuhkan luka-luka Anda. ADA KESEMBUHAN MELALUI PENGAMPUNAN.
Langkah 5: Terimalah kasih Bapa...
Di dalam hidup kita ada kekosongan yang hanya dapat diisi oleh Allah sendiri. Ketika Anda berdosa dan minta ampun, atau bergumul dengan rasa tidak aman dan rendah diri, maka ada kemungkinan bahwa KEKOSONGAN ITU TIDAK PENUH. Mintalah kepadaNya pada saat-saat tersebut untuk memenuhi Anda dengan Roh-Nya. Lawanlah kesadaran untuk berpusat pada diri sendiri dengan berpusat kepada-Nya. Perlu saya tekankan betapa pentingnya langkah ini dalam proses kesembuhan. Kasihna diri dan berpusat kepada diri sendiri mendukakan Roh Kudus.
Pusatkan pikiran dan doa Anda pada karakter Allah dan berbagai aspek dari hati Bapa. Sembah Dia:Bicaralah kepadaNya, pujilah Dia, dan pikirkanlah Dia. Renungkan kesetiaanNya, kekudusan-Nya, kemurnian-Nya belas kasihan-Nya, kemurahan-Nya, pengampunan-Nya.
Mengembangkan sikap menyembah merupakan bagian vital untuk menerima kasih Allah. Kembangkan sifat tersebut diatas segalanya. Hafalkan ayat-ayat atau lagu-lagu yang memerangi kesepian dan kehilangan semangat. Penyembahan adalah pintu masuk ke hadirat bapa yang menjauhkan Anda dari depresi dan kasihan diri. Ada orang yang mengatakan bhw mereka tidak dapat menyembah Allah jika mereka tidak merasakan keinginan itu, sebab hal tius ama saja dengan kemunafikan. Jawaban saya adalah bahwa kita tidak menyembah Allah karena apa yang kita rasakan, tetapi karena siapa Dia. Saya sering menyembah Allah karena apa yang kita rasakan, tetapi karena siapa Dia. Saya sering menyembah Allah, bagaimanapun perasaan Saya. Saya tidak mau menjadi seorang tawanan perasaan Saya , jadi saya tetap menyembah Dia. Jika Saya merasa susah hati, Saya berusaha mengungkapkan perasaan Saya dengan jujur, tetapi kemudian Saya berfokus kepada siapa Dia dan bukan kepada apa yang saya rasakan.
Apakah Anda mau menerima kasih Bapa? luangkanlah waktu Anda dihadirat-Nya. Kita bermandikan kasih-Nya ketika menghabiskan waktu bersama-Nya dan meberi kepada-Nya. Apa yang dapat kita berikan kepada-Nya? melalui perkataan dan pikiran kita dapat memberi kepadaNya hormat, perhatian, pujian dan penyembahan. Jika hal ini sulit bagi Anda, selidikilah alkitab dan garis bawahi ayat-ayat yang bicara secara khusus tentang sifat dan karakter Allah. Mazmur adalah bagian yang terbaik untuk memulai. Lalu berdoalah dan nyanyikanlah ayat-ayat tersebut kepada Bapa pada waktu Anda berdoa. Jika Anda lakukan ini setiap hari, Anda akan mendapati diri Anda semakin mengasihi Bapa. Anda akan merasakan kehadiran-Nya yang akrab di dekat Anda sebagai tanggapan atas kata-kata pujian Anda. Jangan terkejut apabila Ia mengutarakan kata-kata penghargaan, persetujuan dan kasihNya sepanjang hari. Ia senang mengasihi anak2-Nya.
6. Pikirkanlah pikiran Allah.
Sebagai tanggapan terhadap hal-hal yang menyakitkan , khususnya sebagai kanak-kanak , kita membangun kebiasaan berpikir yang merusak tentang diri sendiri. Misalnya -jika orangtua Anda perfeksionis dan sangat menuntut, mungkin Anda sering gagal untuk hidup menurut harapan mereka. Orang yang dibesarkan dengan cara semacam itu seruingkali "memprogram diri sendiri" untuk gagal. Dengan menentuka sebelumnya bahwa mereka akan gagal, mereka berusaha melindungi dirimereka dari kekecewaan. Sayangnya dugaan seperti itu seringkali menjadi kenyataan. Pola berpikir yang negatif seperti itu sering tidak akurat dan dilAndasi oleh ketakutan atau penolakan. Jika kita berpikir kita jelek, kita bukan saja merasakannya demikian, kita juga akan bertindak demikian.
Alkitab mengatakan bahwa kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita, dan bahwa kita harus mengasihi sesama seperti diri sendiri (Im 19:18, Mat 19:19). Allah ingin supaya kita mengsihi diri sendiri, bukan secara egois, tetapi dengan kasih-Nya. Ia ingin supaya kita berpikir menurut pikiran-Nya tentang diri kita-pikiran yang penuh kebaikan, penghargaan, hormat dan kepercayaan.
Jika Anda mempunyai pola berpikir negatif tentang diri sendiri, saya sarankan agar Anda berhenti sekarang dan menulis dua atau tiga cara berpikir negatif yang paling umum bagi Anda. Setelah itu, tulis pikiran Allah terhadap diri Anda yang berlawanan dengan pikiran negatif itu berdasarkan firman atau sifat-Nya. Misal-nya jika Anda menulis bahwa Anda berpikir Anda akan selalu gagal, tulislah: "Saya ahli dalam... " dan sebutkan satu hal yang Anda lakukan dengan baik. Tuliskan juga apa yang dikataklan Alkitab tentang bidang kehidupan Anda tersebut. Misalnya Flp 4:13, " Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. "Setiap kali Anda mulai berpikir negatif, berhentilah dan ucapkanlah pikiran yang positif bersamaan dengan ayat dari alkitab. Diperluka waktu tiga(3) minggu untuk mematahkan suatu kebiasaan buruk dan menggantinya dengan yang baik. Katakan terus kebenaran kepada diri sendiri sampai Anda menghancurkan pola berpikir yang negatif tersebut...
Jangan menyerah kepada kebohongan dan pikiran yang menghukum. Bertekunlah -- dengan pertolongan-Nya Anda dapat melakukannya. Berserulah kepada-Nya setiap kali Anda gagal, dan mulailah lagi... Pernahkah Anda perhatikan did alam alkitab bagaimana Allah sering mengulang-ulang suatu kebenaran ketika Ia berusaha memberi semangat kepada seseorang ? Dalam Yosua 1, Tuhan berkata empat kali kepada Yosua supaya jangan takut... Mengapa? Karena Yosua perlu diingatkan untuk berpikir menurut pikiran Allah tentang dirinya. Ia siap untuk maju berperang dan ia perlu diberi semangat. Saya yakin ia pasti mengulang-ulang firman Tuhan ini kepada dirinya sendiri.
Penyebab depresi yang paling umum ialah memikirkan pikiran-pikiran yang merendahkan diri dan menghukum diri. Untuk mematahkan lingkaran depresi ini kita perlu mengikuti langkah-langkah yang telah saya ikhtisarkan diatas, lalu menjadi muak dan jenuh karena menjadi jenuhn dan muak. Kita harus mematahkan kebiasaan berpikir negatif dengan memikirkan pikiran Allah.
Prinsip ini juga berlaku bagi reaksi yang melampaui pikiran dan sampai pada tindakan. Jika Anda menyadari adanya "pola reaksi" tertentu dalam hidup Anda yang negatif, defensif atau egois, tuliskanlah semua itu. Lalu tulis disampingnya bagaimana Allah ingin Anda bereaksi dalam situasi yang menyebabkan Anda merasa terancam atau defensif. Jika Anda bertindak dengan cara yang negatif atau egois, berhentilah dan berdoalah; kemudian pilihlah cara berespons yang Allah kehendaki agar Anda lakukan.
Mintalah supaya Ia memberi Anda kesanggupan untuk mewujudkan pikiran dan pilihan ini. Jika Anda gagal, mintalah ampun kepada-Nya dan lanjutkan usaha Anda. Jika iblis mengatakan Anda telah gagal lagi, setujui hal itu, tetapi katakan kepada iblis bahwa Anda menolak untuk mengasihani diris endiri!. terimalah tanggung jawab atas kegagalan Anda, minta ampun kepada Allah atau minta bantuan-Nya, dan lanjutkan usaha Anda! Terus kerjakan sampai Anda membangun kebiasaan baru yang benar. Bertahun-tahun Anda mengembangkan kebiasaan buruk, jadi jangan menyerah karena memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuq menggantinyadengan pola Allah. Mulailah dengan satu atau dua kebiasan pada saat yang bersamaan, dan kemudian yang lainnya. Jika kita lakukan apa yang mungkin, Allah melakukan apa yang tidak mungkin bagi kita.
Langkah 7: Bertekun...
Sembilan puluh persen dari keberhasilan ialah menyelesaikan! Alkitab berkata, "Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia"(2 Tim 2:12). Ketekunan mempunya dua aspek: di satu sisi ketekunan berarti komitmen di pihak kita untuk tidak menyerah, suatu tekad untuk mengerjakanya sampai tunt disis563i lain ketekunan berhubungan dengan kesanggupan yang diberikan Allah. Allah memberi kasih karunia kepada kita untuk dapat menyelesaikannya apa yang Ia perintahkan untuk kita lakukan. PerintahNya juga merupakan janji kemenangan-Nya.
Kadang-kadang, mungkin Anda merasa tidak sangggup untuk bertahans ampai akhir. Mungkin itu memang benar !. Tetapi jika kita mencapai akhir dari apa yang mungkinbagi kita, maka kita akan melihat Allah melakukan apa yang tidak mungkin. Iman tidak dimulai sebelkum kita percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. KITA TIDAK MEMERLUKAN IMAN UNTUK MELAKUKAN APA YANG MUNGKIN BAGI KITA. Jadi, ketika kita menghadapi situasi yang tidak mungkin dalam hidup kita, pujilah Allah, sebab pada saat itulah Anda dapat mempraktekkan iman Anda.
Mengapa ketekunan itu merupakan salah satu langkah proses kesembuhan Allah dalam hidup kita? Menyerah membuat kita menjadi rentan terhadap perasaan jengkel, marah atau terluka, tertolak, nafsu, curiga atau apa saja yang memngganggu kita. Kadang-kadang kita ingin Allah melakukan mujizat dan mengangkat segala kesulitan kita sekarang juga. Akan tetapi, Bapa membawa kita melalui suatu proses yang menyiapkan kita untuk pada akhirnya memerintah bersama-Nya di surga. Karena Ia ingin membentuk dan menyempurnakan kita, Ia ijinkan kita mengalami pencobaan yang "memaksa kita" untuk membuat pilihan.
Sebagaimana dikatakan kawan saya, Joy Dawson, "Bagimana kita menyelesaikannya itulah yang penting!" Rasul Paulus mengatakan dalam surat pertamanya kepada jemaat di Korintus, "Tidak tahukah kmau, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah. Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasai seluruhNya, supaya sesudah aku memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak"(I Kor9:24-27)
Ada saatnya kita gagal, tetapi ketika kita mengakui dosa-dosa kita, berpaling darinya dan memilih untuk membenci dosa sebagai tindakan iman, kita akan menerima pengampunan Allah dan suatu permulaan yang baru. Dialah Allah dari segala permulaan yang baru. Bagian kita ialah merendahkan hati dan berpaling dari dosa atau kegagalan; bagianNya ialah mengampuni kita dan memberi kita suatu permulaan yang baru. Ia senang melakukan hal ini, sebab Ia adalah Bapa kita dan Ia adalah kasih.
Ia sedang bekerja dalam diri Anda. Pergumulan adalah bagian dari proses kesembuhan yang berkemenangan. Anda sedang belajar sesuatu yang tak ternilai kerendahan hati; pengampunan; belas kasihan dan ketekunan. Majulah terus! Kita sedang berperang, tetapi kita ada di pihak yang menang! Yesus adalah Sang Pemenang!. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya yaitu Ia yang memulai pekerjaan yang baik diantara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus"(Flp 1-6)
Allah sedang mencari orang-orang yang dapat memenuhi maksud-Nya yang mula-mula ketika Ia menciptakan umat manusia. Ia menghendaki persahabatan dengan kita. Dan Ia tidak menghendaki persahabatan dengan sekelompok orang yang egois; tujuan-Nya ialah mempersatukan mereka semua yang mengasihiNya ke dalam satu keluarga. Begitulah, ketika orang mengasihi-Nya. Ia mengumpulkan mereka bersama untuk menikmati persahabatan yang mendalam, saling mempedulikan dan mendukung dan merayakan kasih, pengampunan dan kesempurnaan yang Ia berikan kepada mereka. "unit keluarga" inilah yang seharusnya menjadi gereja.
Keluarga Bapa
Disamping langkah-langkah yang dapat kita ambil sebagai perorangan, "keluarga Bapa" juga merupakan saluran kasih-Nya dan kesembuhan bagi orang-orang yang "terluka". Ketika kita saling mengasihi, menerima dan mengampuni sebagai saudara dalam Kristus, maka kasih-Nya akan mengalir melalui kita untuk menyembuhkan satu sama lain.
Melalui saudara-saudara kita dalam keluarga Allah, Ia menyediakan kasih dan penerimaan yang memerdekakan kita dari ketakutan, dan mengijinkan kita untuk mengalami keutuhan yang lebih sempurna sebagai manusia. Kita dapat berkomitmen kepada orang lain tanpa merasa takut untuk ditolak. Kita dapat menerima orang lain meskipun mereka mempunyai kelemahan. Kita bahkan sanggup mengampuni orang-orang yang menyakiti. Kita dapat menjadi sebagaimana adanya kita tanpa takut ditolak. Semua itu adalah karena kasih karunia Allah. Kasih akrunia-Nya, kasih yang tidak layak kita terima inilah yang melakukan semua itu bagi kita. Dalam diri kita sendiri, kita tidak mempunyai kemampuan untuk mengasihi seperti itu, tetapi Allah memberi kesanggupan itu. Dari diri kita sendiri kita tidak mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan orang lain, tetapi melalui kita Ia menyembuhkan orang lain. SETIAP orang Kristen mempunyai pelayanan ini. Kita SEMUA dapat menjadi "penyalur kasih karunia".
Sampai disini pentings ekali untuk memberi sedikit peringatan. Jika kita terluka, BERHATI-HATILAH supaya kita tidak berFOKUS kepada ORANG sebagai "sumber" kesembuhan dalam hidup kita. Manusia tidak dapat memberi apa yang hanya dapat diberi apa HANYA dapat diberi oleh-Nya. Jika Anda ingin disembuhkan orang, Anda akan mudah kecewa.
Pusatkanlah perhatian Anda pada Bapa Surgawi; Dialah satu-satunya yangs anggup menyembuhkan Anda secara total. Seringkali Ia melakukan-nya melalui orang, tetapi Dia-lah sumbernya dan manusia hanyalah saluran-Nya.
Kesembuhan emosional hampir senantiasa merupakan proses. Proses itu memerlukan waktu. Ada alasan yang sangat penting untuk itu:Bapa Surgawi kita tidak saja ingin membebaskan kita dari sakitnya luka-luka masa lalu. Ia juga rindu membawa kita ke dalam kedewasaan, baik secara rohani maupun secara emosional. Ini memerlukan waktu dan pilihan-pilihan yang benar. Ia cukup mengasihi kita untuk MEMAKAI WAKTU berbulan-bulan dan bertahun-tahun yang diperlukan, tidak saja untuk menyembuhkan luka-luka kita, tetapi juga untuk membangun karakter kita.
TANPA PERTUMBUHAN KARAKTER -- kita akan terluka lagi. Kita akan melakukan hal-hal bodoh dan egois yang akan melukai kita atau memancing orang lain untuk menyakiti kita. Karena Allah mengasihi kita, ia menunggu sampai kita menginginkan pertumbuhan karakter semacam itu; Ia menunggu SAMPAI kita menginginkan pertumbuhan karakter semacam itu; Ia menunggu sampai kita siap untuk disembuhkan. Seringkali, tanggapan kita yang benar terhadap orang lain -akan melepaskan kesembuhan itu di dalam hidup kita sendiri.
NOTE:PEDOMAN UNTUK MEMILIH SEORANG PSIKOLOG ATAU PENASIHAT.
Sayang sekali, banyak orang Kristen yang tulus menjadi korban dari orang yang kurang cakap yang menyebut diri sebagai counselor/penasihat. Seorang counselor atau penasihat yang terlatih dapat sangat membantu, tetapi penting sekali untuk memastikan bahwa mereka adalah orang yang memenuhi syarat dan pendukung iman Kristen. Dibawah ini ada 3 pedoman dasar untuk diikuti ketika memilih seorang counselor atau psikolog
Cara terbaik untuk memilih seorang penasihat atau psikolog ialah dengan mengAndalkan referensi dari seorang pemimpin gereja yang dihormati, dokter keluarga, atau teman yang telah mempunyai kontak sebelumnya dengan ahli tersebut dan mengenalnya secara pribadi. Para ahli yang berkompeten tidak akan merasa terancam jika seorang calon pasien menelepon dan dengan bijaksana menanyakan kualifikasi mereka, orientasi teoritis mereka, pengalaman mereka dengan masalah yang sedang dihadapi, dan jenis lisensi yang mereka miliki. Bayaran sebaiknya dibicarakan sebelumnya.
Jangan harapkan para counselor/psikolog memenuhi peran para pemimpin rohani, tetapi para ahli tersebut dapat menjadi efektif dalam proses penyembuhan sesuai keahlian mereka

Penulis : Floyd Mc Lung

DIMANAKAH ALLAH KETIKA ORANG BENAR MENDERITA

Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.  Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,  dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. (I Ptr 3: 14-17).

            Mengapa orang benar menderita??? Menjadi pertanyaanklasik, yang ditanyakan oleh orang-orang percaya diseluruh dunia dari generasi ke generasi. Dimanakah Allah saat umat-Nya menderita??? Ayub menjadi salah satu bukti nyata, orang benar yang menderita, demikian halnya juga dengan para saksisaksi iman lainnya. Kerap kali penderitaan mereka tidak masuk akal, namun nyata. Mereka mengalami siksaan keji diluar kemampuan manusia. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara dipadang gurun dan dipegunungan dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik (Ibr 11: 37-39).

            Kenyataan yang demikian telah memunculkan pertanyaan besar, dimanakah Allah ketika umat-Nya, hamba-Nya menderita? Apakah Allah berdiam diri? Apakah Allah mengabaikan umat-Nya? Jelas tidak! Kisah Ayub menjadi salah satu bukti nyata bagi kita. Bahwa penderitaan orang benar sungguh di perhatikan Tuhan Allah. Dan penderitaan adalah sumber kebahagiaan bagi orang percaya. “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yak 1:12).

            Banyak orang yang keliru, dan berpikir bahwa penderitaan adalah penghukuman dari Allah. Ini mungkin saja benar, tetapi tidak selamanya demikian. Ayub membuktikan bahwa penderitaan datang bukan karena dosa atau hukuman, melainkan karena Allah hendak menguji kepercayaan hamba-Nya. Dalam segala kemalangan yang dialaminya Ayub berkata, “dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku kembali kedalamnya. Tuhan yang member, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. (Ayub 1:21-22).

            Bagi orang benar,  penderitaan bukan berarti Tuhan sedang mengabaikan umat-Nya atu tidak peduli dengan hamba-Nya, tetapi penderitaan adalah:
1.      Jalan menuju kebahagiaan (Yak 1:12)
Penderitaan bukan akhir segalanya, tetapi awal dari nikmat yang akan kita terima dari Tuhan. Hal ini dengan jelas dikatakan Firman-Nya: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan  (Yak 1:2-3). Kita akan memahami arti dan makna kebahagiaan apabila kita pernah mengalami penderitaan, baginya tersedia sukacita dan kebahagiaan yang luar biasa. Bahkan akan menerima mahkota kehidupan yang disediakan Allah khusus bagi umat-Nya yang tetap setia menghadapi segala bentuk penderitaan karena iman kepada Kristus. Ayub telah membuktikan dan menerimanya. Ketika ia menang menghadapi penderitaan yang menerpanya, kini tersedia baginya bahagia dan kenikmatan yang luar biasa. Firman Allah dengan jelas mengatakan: Lalu Tuhan memulihkan keadaan ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada ayub dua kali lipat segala kepunyaannya dahulu. (Ayub 42:10). Ayub telah menikmati dan mengalaminya, kini giliran anda… sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar, tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!

2.      Awal menikmati kuasa kedahsyatan Allah.
Bagi orang percaya penderitaan adalah awal dari pembuktian dari kebesaran dan kemuliaan Allah. Ketika orang percaya tetap berdiri kokoh di tengah penderitaan maka kita akan melihat mujijat dan pertolongan Tuhan akan nyata bagi kita. Sebagaimana Sadrak, Mesak dan Abednego yang tetap berdiri kokoh dalam imannya meskipun penderitaan besar menghampiri mereka, mereka tetap berkata: “jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami  dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu ya raja; teteapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan 3:17-18).

Dalam kenyataan hidup yang kita jalani, mungkin anda pernah mengalami penderitaan yang diluar akal anda. Anda mungkin sudah berdoa, berpuasa, namun seolah Allah diam dan tak peduli dengan apa yang anda alami. Jangan cepat mengambil kesimpulan! Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya.

Kadangkala Allah mengizinkan kita mengalami penderitaan, supaya kita sadar bahwa penderitaan adalah awal dari nikmat dan bahagia dari Allah, dan penderitaan karena iman adalah awal dari penyataan kehebatan kuasa Allah. Karena itu ketika penderitaan datang bersyukurlah, hadapilah dengan tenang! Sebab “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (I Kor 10:13).

From : Warta Jemaat GEPKIM-Batu Aji (Batam), 31 Oktober 2010.



MENJALANI KEHIDUPAN BERSAMA-SAMA

Hendaklah damai sejahtera Keistus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah, Nyanyian ziarah Daud. Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara- saudara diam bersama dengan rukun! (Kolose 3:14: Maz 133:1)
Allah memaksudkan agar kita menjalani kehidupan bersama-sama. Alkitab menyebut pengalaman bersama ini sebagai persekutuan. Namun, sekarang kita ini telah kehilangan sebagian besar makna alkitabiahnya. Persekutuan sekarang berarti obrolan biasa, sosialisasi, makanan dan kegembiraan. Persekutuan yang sesungguhnya jauh lebih dari sekedar muncul pada kebaktian dan kegiatan-kegiatan lainnya. Persekutuan yang sesungguhnya adalah menjalani kehidupan bersama-sama. Persekutuan termasuk mengasihi dengan tidak mementingkan diri sendiri, berbagi pengalaman dengan jujur, melayani secara praktis, member dengan berkorban, menghibur dengan penuh simpati, dan semua perintah  “saling” lainnya yang terdapat dalam Perjanjian Baru.
                Tubuh  Kristus, seperti tubuh kita sendiri, benar-benar merupakan kumpulan dari banyak sel kecil. Karena alas an ini, orrang Kristen perlu terlibat dalam sebuah kelompok kecil di dalam gereja. Disinilah suatu persekutuan yang sesungguhnya berlangsung. Allah telah membuat janji yang luar biasa berkaitan dengan kelompok-kelompok kecil orang percaya: “sebab dimana dua tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu aku ada ditengah-tengah mereka.” (Mat 18:20). Sayangnya, banyak kelompok kecil terjebak dalam kedangkalan dan tidak memiliki petunjuk tentang bagaimana rasanya mengalami persekutuan yang sejati. Apa perbedaan persekutuan yang sejati dan yang palsu?
                Dalam persekutuan yang sejati, orang mengalami otensitas. Persekutuan yang otentik bukan obrolan basa-basi yang dangkal. Persekutuan tersebut merupakan tindakan berbagi pengalaman secara sungguh-sungguh dari hati ke hati, kadang-kadang tingkat yang paling dalam. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Mereka menceritakan luka-luka hati mereka, menyatakan perasaan-perasaan mereka, mengakui kegagalan-kegagalan mereka, mengungkapkan kebimbangan mereka, mengakui ketakutan mereka, mengakui kelemahan mereka, dan meminta bantuan serta doa.
                Hanya bila kita terbuka tentang kehidupan kita barulah kita mengalami persekutuan yang sejati. Alkitab mengatakan, “Tetapi jika kita hidup dalam terang sama seperti Dia ada dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain. Dan darah Yesus anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (I Yoh 1:7,8). Dunia mengira keakrapan terjadi di dalam gelap, tetapi Allah mengatakan bahwa keakraban terjadi di dalam terang. Kegelapan digunakan untuk menyembunyikan sakit hati, kesalahan, ketakutan, kegagalan dan kelemahan kita. Tetapi di dalam terang, kita membuka semuanya dan mengakui siapa diri kita sebenarnya.
                Sifat otentik membutuhkan keberanian dan kerendahan hati. Ini berarti harus berani menghadapi keterbukaan, penolakan dan sakit hati. Mengapa orang perlu mengambil resiko seperti ini? Karena itulah satu-satunya cara untuk bertumbuh secara rohani dan sehat emosional. Alkitab mengatakan, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh, doa orang benar, bila dengan yakin di doakan, sangat besar kuasanya (Yak 5:16). Kita hanya bertumbuh dengan cara mengambil resiko, dan resiko yang paling sulit dari semuanya adalah bersikap jujur terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka.
                Dalam persekutuan yang sejati orang-orang mengalami simpati. Simpati bukanlah memberikan nasehat atau menawarkan bantuan cepat yang hanya basa-basi. Simpati adalah masuk dan turut merasakan penderitaan orang lain. Simpati berkata, “ saya memahami yang anda alami, dan apa yang anda rasakan tidaklah aneh atau gila. Sekarang beberapa orang menyebutnya empati Alkitab berkata, “karena itu sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran (Kol 3:12).
                Simpati memenuhi dua kebutuhan dasar manusia; Kebutuhan untuk dipahami dan kebutuhan agar perasaan-perasaan kita di terima. Setiap kali kita memahami dan menerima sering kali kita begitu tergesa-gesa membereskan berbagai hal sehingga kita tidak memiliki waktu untuk bersimpati terhadap orang lain. Atau kita dipenuhi oleh luka-luka batin kita sendiri. Rasa mengasihani diri sendiri mengeringkan simpati kita bagi orang lain.
                Ada tingkat-tingkat yang berbeda dari persekutuan, dan masing-masing tingkat cocok untuk segala waktu. Tingkat paling sederhana dari persekutuan adalah persekutuan untuk berbagi pengalaman dan persekutuan untuk mempelajari Firman Allah bersama-sama. Tingkat yang lebih dalam ialah persekutuan untuk melayani. Tingkat yang dalam dan kuat ialah persekutuan dalam penderitaan, dimana kita masuk kedalam setiap penderitaan dan duka cita orang lain dan saling menanggung beban. Orang-orang Kristen yang memahami tingkat ini dengan sangat baik adalah orang-orang diseluruh dunia yang dianiaya, dianggap hina, dan seringkali dibunuh sebagai martir karena iman mereka.
                Alkitab memerintahkan: “Bertolong-tolonglah menaggung beban-mu! Demikianlah kamu memenuhi hokum Kristus. (Galatia 6:2). Pada masa-masa krisis, duka cita, dan kebimbangan yang dalamlah kita paling membutuhkan satu sama lain. Ketika keadaan menghantam kita ketitik dimana iman kita melemah, itulah saatnya kita membutuhkan teman-teman yang percaya.
                Dalam persekutuan yang sejati orang-orang memperoleh belas kasihan. Persekutuan adalah tempat kasih karunia, dimana kesalahan tidak diungkit-ungkit tetapi dihapuskan. Persekutuan terjadi ketika belas kasihan menang atas keadilan. Kita semua butuh belas kasihan, karena kita semua tersandung dan jatuh dan membutuhkan pertolongan untuk kembali kejalur. Kita perlu saling memberikan belas kasihan dan bersedia menerimanya dari orang lain. Firman Tuhan berkata, “sebab barang siapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni – seandainya ada yang harus kuampuni-- , maka hal itu kubuat oleh karena kamu dihadapan Kristus supaya iblis jangan berolah keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya. (II Kor 2:10,11).
                Kita tidak bias memiliki persekutuan tanpa pengampunan. Allah memperingatkan kita supaya jangan menaruh dendam, karena kebencian dan dendam selalu menghancurkan persekutuan. Karena kita adalah orang-orang berdosa yang tidak sempurna kita pasti saling melukai bila kita bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kadang-kadang itu dilakukan dengan sengaja atau tidak, tetapi sengaja atau tidak, dibutuhkan banyak belas kasihan dan kasih karunia untuk menciptakan dan memelihara persekutuan. Alkitab berkata, “sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kol 3:13).
                Belas kasihan Allah kepada kita adalah  motivasi untuk menunjukkan belas kasihan kepada orang lain. Ingat, kita tidak akan pernah diminta untuk mengampuni orang lain lebih dari Allah yang telah mengampuni kita. Kapanpun hati kita dilukai oleh seseorang, kita memiliki pilihan untuk diambil; akankah saya menggunakan tenaga dan emosi saya untuk membalas dendam ataukah untuk memecahkan masalah? Kita tidak bias melakukan dua-duanya. Banyak orang enggan menunjukkan belas kasihan karena mereka tidak paham perbedaan antara pengampunan dan kepercayaan. Pengampunan adalah melepaskan masalalu. Kepercayaan berkaitan dengan perilaku masa depan.
                Pengampunan harslah segera, entah seseorang memintanya atau tidak. Kepercayaan harus dibangun kembali bersama waktu. Kepercayaan membutuhkan catatan kinerja. Jika seseorang melukai anda berulang-ulang, anda diperintahkan Allah untuk mengampuninya segera, tetapi anda tidak diharapkan untuk mempercayai mereka segera, dan mereka tidak diharapkan untuk terus membiarkan mereka melukai hati anda.

FROM : WARTA JEMAAT GEPKIM – BATU AJI (BATAM), 24 OKTOBER 2010

HAL YANG PALING PENTING

"Hendaklah damai sejahtera Keistus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah, Nyanyian ziarah Daud. Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara- saudara diam bersama dengan rukun! (Kolose 3:14: Maz 133:1)"
Allah memaksudkan agar kita menjalani kehidupan bersama-sama. Alkitab menyebut pengalaman bersama ini sebagai persekutuan. Namun, sekarang kita ini telah kehilangan sebagian besar makna alkitabiahnya. Persekutuan sekarang berarti obrolan biasa, sosialisasi, makanan dan kegembiraan. Persekutuan yang sesungguhnya jauh lebih dari sekedar muncul pada kebaktian dan kegiatan-kegiatan lainnya. Persekutuan yang sesungguhnya adalah menjalani kehidupan bersama-sama. Persekutuan termasuk mengasihi dengan tidak mementingkan diri sendiri, berbagi pengalaman dengan jujur, melayani secara praktis, member dengan berkorban, menghibur dengan penuh simpati, dan semua perintah  saling” lainnya yang terdapat dalam Perjanjian Baru.
                Tubuh  Kristus, seperti tubuh kita sendiri, benar-benar merupakan kumpulan dari banyak sel kecil. Karena alas an ini, orrang Kristen perlu terlibat dalam sebuah kelompok kecil di dalam gereja. Disinilah suatu persekutuan yang sesungguhnya berlangsung. Allah telah membuat janji yang luar biasa berkaitan dengan kelompok-kelompok kecil orang percaya: “sebab dimana dua tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu aku ada ditengah-tengah mereka.” (Mat 18:20). Sayangnya, banyak kelompok kecil terjebak dalam kedangkalan dan tidak memiliki petunjuk tentang bagaimana rasanya mengalami persekutuan yang sejati. Apa perbedaan persekutuan yang sejati dan yang palsu?
                Dalam persekutuan yang sejati, orang mengalami otensitas. Persekutuan yang otentik bukan obrolan basa-basi yang dangkal. Persekutuan tersebut merupakan tindakan berbagi pengalaman secara sungguh-sungguh dari hati ke hati, kadang-kadang tingkat yang paling dalam. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Mereka menceritakan luka-luka hati mereka, menyatakan perasaan-perasaan mereka, mengakui kegagalan-kegagalan mereka, mengungkapkan kebimbangan mereka, mengakui ketakutan mereka, mengakui kelemahan mereka, dan meminta bantuan serta doa.
                Hanya bila kita terbuka tentang kehidupan kita barulah kita mengalami persekutuan yang sejati. Alkitab mengatakan, “Tetapi jika kita hidup dalam terang sama seperti Dia ada dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain. Dan darah Yesus anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (I Yoh 1:7,8). Dunia mengira keakrapan terjadi di dalam gelap, tetapi Allah mengatakan bahwa keakraban terjadi di dalam terang. Kegelapan digunakan untuk menyembunyikan sakit hati, kesalahan, ketakutan, kegagalan dan kelemahan kita. Tetapi di dalam terang, kita membuka semuanya dan mengakui siapa diri kita sebenarnya.
                Sifat otentik membutuhkan keberanian dan kerendahan hati. Ini berarti harus berani menghadapi keterbukaan, penolakan dan sakit hati. Mengapa orang perlu mengambil resiko seperti ini? Karena itulah satu-satunya cara untuk bertumbuh secara rohani dan sehat emosional. Alkitab mengatakan, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh, doa orang benar, bila dengan yakin di doakan, sangat besar kuasanya (Yak 5:16). Kita hanya bertumbuh dengan cara mengambil resiko, dan resiko yang paling sulit dari semuanya adalah bersikap jujur terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka.
                Dalam persekutuan yang sejati orang-orang mengalami simpati. Simpati bukanlah memberikan nasehat atau menawarkan bantuan cepat yang hanya basa-basi. Simpati adalah masuk dan turut merasakan penderitaan orang lain. Simpati berkata, “ saya memahami yang anda alami, dan apa yang anda rasakan tidaklah aneh atau gila. Sekarang beberapa orang menyebutnya empati Alkitab berkata, “karena itu sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran (Kol 3:12).
                Simpati memenuhi dua kebutuhan dasar manusia; Kebutuhan untuk dipahami dan kebutuhan agar perasaan-perasaan kita di terima. Setiap kali kita memahami dan menerima sering kali kita begitu tergesa-gesa membereskan berbagai hal sehingga kita tidak memiliki waktu untuk bersimpati terhadap orang lain. Atau kita dipenuhi oleh luka-luka batin kita sendiri. Rasa mengasihani diri sendiri mengeringkan simpati kita bagi orang lain.
                Ada tingkat-tingkat yang berbeda dari persekutuan, dan masing-masing tingkat cocok untuk segala waktu. Tingkat paling sederhana dari persekutuan adalah persekutuan untuk berbagi pengalaman dan persekutuan untuk mempelajari Firman Allah bersama-sama. Tingkat yang lebih dalam ialah persekutuan untuk melayani. Tingkat yang dalam dan kuat ialah persekutuan dalam penderitaan, dimana kita masuk kedalam setiap penderitaan dan duka cita orang lain dan saling menanggung beban. Orang-orang Kristen yang memahami tingkat ini dengan sangat baik adalah orang-orang diseluruh dunia yang dianiaya, dianggap hina, dan seringkali dibunuh sebagai martir karena iman mereka.
                Alkitab memerintahkan: “Bertolong-tolonglah menaggung beban-mu! Demikianlah kamu memenuhi hokum Kristus. (Galatia 6:2). Pada masa-masa krisis, duka cita, dan kebimbangan yang dalamlah kita paling membutuhkan satu sama lain. Ketika keadaan menghantam kita ketitik dimana iman kita melemah, itulah saatnya kita membutuhkan teman-teman yang percaya.
                Dalam persekutuan yang sejati orang-orang memperoleh belas kasihan. Persekutuan adalah tempat kasih karunia, dimana kesalahan tidak diungkit-ungkit tetapi dihapuskan. Persekutuan terjadi ketika belas kasihan menang atas keadilan. Kita semua butuh belas kasihan, karena kita semua tersandung dan jatuh dan membutuhkan pertolongan untuk kembali kejalur. Kita perlu saling memberikan belas kasihan dan bersedia menerimanya dari orang lain. Firman Tuhan berkata, “sebab barang siapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni – seandainya ada yang harus kuampuni-- , maka hal itu kubuat oleh karena kamu dihadapan Kristus supaya iblis jangan berolah keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya. (II Kor 2:10,11).
                Kita tidak biasa memiliki persekutuan tanpa pengampunan. Allah memperingatkan kita supaya jangan menaruh dendam, karena kebencian dan dendam selalu menghancurkan persekutuan. Karena kita adalah orang-orang berdosa yang tidak sempurna kita pasti saling melukai bila kita bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kadang-kadang itu dilakukan dengan sengaja atau tidak, tetapi sengaja atau tidak, dibutuhkan banyak belas kasihan dan kasih karunia untuk menciptakan dan memelihara persekutuan. Alkitab berkata, “sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kol 3:13).
                Belas kasihan Allah kepada kita adalah  motivasi untuk menunjukkan belas kasihan kepada orang lain. Ingat, kita tidak akan pernah diminta untuk mengampuni orang lain lebih dari Allah yang telah mengampuni kita. Kapanpun hati kita dilukai oleh seseorang, kita memiliki pilihan untuk diambil; akankah saya menggunakan tenaga dan emosi saya untuk membalas dendam ataukah untuk memecahkan masalah? Kita tidak bias melakukan dua-duanya. Banyak orang enggan menunjukkan belas kasihan karena mereka tidak paham perbedaan antara pengampunan dan kepercayaan. Pengampunan adalah melepaskan masalalu. Kepercayaan berkaitan dengan perilaku masa depan.
                Pengampunan harslah segera, entah seseorang memintanya atau tidak. Kepercayaan harus dibangun kembali bersama waktu. Kepercayaan membutuhkan catatan kinerja. Jika seseorang melukai anda berulang-ulang, anda diperintahkan Allah untuk mengampuninya segera, tetapi anda tidak diharapkan untuk mempercayai mereka segera, dan mereka tidak diharapkan untuk terus membiarkan mereka melukai hati anda.

FROM : WARTA JEMAAT GEPKIM – BATU AJI (BATAM), 24 OKTOBER 2010