Wednesday 22 September 2010

5 Ragi Orang Kristen


“Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"  Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka  lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (Mat 18:1-3). Anak kecil memiliki keistimewaan yaitu hatinya polos. Hatinnya belum terhamiri oleh ragi dunia. Tuhan ingin agar setiap umat-Nya memiliki karakter ini.

 Imamat 23:6: “Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi.”
Ada beberapa hari raya orang Israel yang salah satunya adalah hari raya roti tidak beragi. Ragi adalah gambaran dari dosa. Roti tidak beragi adalah gambaran dari kesempurnaan Yesus sendiri. Yesus adalah pribadi atau roti yang tidak beragi. Alkitab mencatat bahwa Yesus tidak berdosa meskipun Ia ada didalam dunia. Seperti anak kecil yang belum terhamiri dengan ragi dunia Yesus juga demikian.
1 Ptr 2:21: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” Yesus telah memberikan teladan menjadi roti yang tidak beragi supaya kita mengikuti jejak-Nya. Bertobatlah menjadi seperti anak kecil yang tidak terhamiri oleh ragi duni ini. Kalau saudara mau masuk kedalam kerajaan sorga hati-hati dengan ragi yang mau menghamiri kekristenan kita. Alkitab mencatat ada 5 ragi yang dapat menghamiri orang Kristen:

1.   RAGI FARISI
Matt 16:6: “Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." Ragi Farisi berbicara tentang kemunafikan, berbeda penampian luar dengan apa yang ada di dalam hati. Manis tutur kata namun hatinya penuh dengan kebencian. Perbuatan yang tidak sesuai dengan perkataan. Matt 23:27, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” Firman Tuhan bagaikan cermin bukan untuk orang lain tetapi untuk masing-masing kita. Didalam Matius 23:22 juga disebutkan ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Inilah Farisi, mengajarkan Firman Tuhan namun tidak melakukannya. Banyak yang kena ragi farisi ini baik di gereja maupun dalam keluarga. Misalnya orang tua dengan standard ganda kepada anak-anaknya. Demikian juga sianak melihat bahwa apa yang disampaikan orang tua di gereja tidak sama dengan prakteknya di rumah. Hati-hati dengan ragi farisi. BERTOBATLAH SEPERTI ANAK KECIL yang penampilan luarnya sama dengan apa yang di dalam hatinya. Tidak terkena kemunafikan karena anak kecil itu polos. Anak kecil tidak mampu berbuat kemunafikan.
2.   RAGI HERODES
Markus 8:15, “Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." Ragi Herodes adalah orang dengan nafsu kepentingan diri sendiri yang rela melakukan apa saja asal keinginannya tercapai. Orang yang terkena ragi Herodes Nampak dari caranya beribadah. Ibadah dilakukan untuk kepentingan dirinya. Beribadah supaya di berkati, member korban supaya namanya terpampang dan menuai seratus kali lipat. Memberi perpuluhan supaya tingkap surge dibuka dan berkat dicurahkan baginya. Dia melakukan segala sesuatu dalam ibadahnya supaya mendapat keuntungan pribadi, ibadah bukan dengan dasar karena: “aku mengasihi Tuhan sehingga aku mau beribadah dan menyembah Dia”. Beribadahlah karena cinta, kasih kepada Tuhan. Kasihi Dia, taburlah kasih maka engkau akan menuai kasih yang lebih besar lagi dari pada-Nya.
BERTOBATLAH menjadi seperti anak kecil. Anak kecil kalau disuruh sesuatu oleh orang tuanya akan dengan cekataqn sekali segera melakukannya. Tuhan ingin supaya saudara mengerti kebenaran ini, jangan terkena ragi herodes. Kalau saudara melihat pekerjaan Tuhan atau orang yang lemah memerlukan bantuan dan korban suadara jangan sampai terhamiri ragi herodes, beri. Kalau bapa dunia saja boleh berkata, “berikan pada adikmu nanti papa gantikan yang lebih baik” Bapa disurga juga demikian. Kalau engkau member, membantu dalam pekerjaan Tuhan, Bapa disurga akan menggantikannya bahkan berlipat kali ganda lagi.


3.   RAGI SADUKI
Mat 16:11, “Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." Orang saduki adalah kebalikan dari orang farisi. Kalau orang farisi percaya dan mengajarkan tetapi tidak melakukan, orang saduki mereka tidak percaya Firman. Mereka tidak percaya adanya mukzijat, malaikat, kebangkitan kembali, kedatangan Tuhan Yesus sebagai mempelai dsb. Banyak orang Kisten khususnya ketika sedang dalam pencobaan terhamiri oleh ragi saduki ini. Mulai meragukan dan tidak percaya akan Firman Tuhan ketika doanya belum juga dijawab. Seringkali karena kita tidak melihatnya sehingga tidak percaya. Tetapi Yesus berkata, “berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yoh 20:24). BERTOBATLAH dan menjadi anak kecil, jangan lagi tidak percaya akan Firman Tuhan. Percayalah akan Firman Tuhan, langit bumi akan lenyap tetapi Firman Tuhan untuk selama-lamanya.

4.      RAGI KORINTUS
1 Kor 5:7-8, “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.  Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.” Tuhan inginkan kemurnian dan kebenaran tetapi ragi orintus berbicara tentang kenajisan. Pasal 5 menyebutkan ragi korintus yaitu kesalahan-kesalahan dalam sex dikalangan pengikut Kristus. Ternyata menurut survey dari 5 ragi maka orang Kristen yang paling banyak kena adalah ragi korintus ini. BERTOBTLAH menjadi seperti anak kecil. Kalau anak kecil tidak kena ragi korintus ini karena mereka masih polos. Kalau saudara kemarin melakukannya, hari ini adalah kesempatan, bertobatlah menjadi seperti anak kecil serta mulai hidup dalam kemurnian dan kebenaran sebelum semuanya menjadi hancur.

5.      RAGI GALATIA
Galatia 5:9, “sedikit ragi sudah menghamirkan seluruh adonan”. Ragi Galatia berbicara mengenai kekristenan yang masih terikat dengan tradisi adat istiadat (Gal 5:9). Masih memelihara hari-hari baik untuk menikah, buka usaha dan sebagainya. Menaruh benda-benda tertentu yang dianggap bias mendatangkan berkat serta menolak bala di depan rumah. Ibadah tidak boleh sekerdar liturgis lagi tetapi biarkan aliran roh Allah berkarya didalamnya. Kalau ibadah menjadi liturgis pasti akan melakukan banyak kesalahan.
Matt 18:4, “Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”. Percayalah kepada Tuhan apapun yang terjadi, percayalah kepada-Nya. Seperti anak kecil yang ditimang-timang oleh ayahnya diangkat naik turun, naik turun dan seterusnya. Dia tidak takut, semakin tinggi malah makin tertawa. Kalau sekarang Tuhan ijinkan keadaan saudara naik turun, naik turun, naik turun, tertawalah, bersukacitalah sebab Tuhan tidak akan membiarkan anda jatuh dan tergeletak. Di topangnya kita. Percaya kepada Tuhan, rendahkan dirimu dibawah lengan Tuhan yang kuat maka engkau akan ditinggikan-Nya pada waktu-Nya.








Sunday 19 September 2010

Intim Dengan-Nya: 10 ALASAN ALLAH YANG MENGIJINKAN PENDERITAAN

10 ALASAN ALLAH YANG MENGIJINKAN PENDERITAAN

1. Kebebasan Memilih dapat Mengakibatkan Penderitaan
2. Penderitaan dapat Memperingatkan Kita akan Adanya Bahaya
3. Penderitaan Menyingkapkan Isi Hati Kita
4. Penderitaan Membawa Kita ke Gerbang Kekekalan
5. Penderitaan Melepaskan Ikatan Kita Atas Dunia Ini
6. Penderitaan Memberi Kesempatan untuk Mempercayai Allah
7. Allah Menderita Bersama Kita di Dalam Penderitaan Kita
8. Penguatan dari Allah Lebih Besar Dibanding Penderitaan Kita
9. Dalam Waktu Krisis Kita Saling Mendekatkan Diri Satu Sama Lain
10. Allah Dapat Mengubah Penderitaan untuk Kebaikan Kita


1. KEBEBASAN MEMILIH DAPAT MENGAKIBATKAN PENDERITAAN

Orangtua yang mengasihi cenderung melindungi anak-anaknya dari penderitaan yang tidak perlu. Tetapi orangtua yang bijaksana mengetahui bahwa perlindungan yang berlebihan juga berbahaya. Mereka mengetahui bahwa kebebasan untuk memilih adalah hal hakiki dalam keberadaan manusia, dan bahwa suatu dunia tanpa pilihan akan lebih buruk daripada dunia tanpa penderitaan. Lebih buruk lagi suatu dunia yang dihuni oleh orang yang dapat membuat pilihan salah tanpa merasakan derita sedikitpun. Tak ada yang lebih berbahaya dibanding penipu, pencuri, atau pembunuh yang tidak merasakan kerugian yang dilakukannya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. (Kej 2:15-17)

2. PENDERITAAN DAPAT MEMPERINGATKAN KITA AKAN ADANYA BAHAYA

Kita tidak menyukai penderitaan, khususnya derita yang menimpa orang yang kita cintai. Namun bila tidak ada rasa sakit, orang sakit tidak akan pergi ke dokter, tubuh yang lelah tidak akan diberi istirahat, dan anak-anak akan menertawakan nasihat. Tanpa perasaan resah dalam hati nurani, tanpa perasaan tidak puas karena kebosanan hidup sehari-hari, atau tanpa perasaan hampa karena tidak berarti, manusia akan kurang merindukan kepuasan yang seharusnya ditemukannya di dalam Bapa yang kekal. Contoh Salomo, yang tergoda oleh kenikmatan dan mendapat pelajaran melalui penderitaannya, memperlihatkan kepada kita bahwa orang yang paling bijaksana sekalipun cenderung untuk menjauhkan diri dari hal yang baik dan dari Allah sampai akhirnya disadarkan oleh penderitaan yang diakibatkan oleh pilihan-pilihannya yang berwawasan sempit (Pen 1-12; Maz 78:34-35; Rom 3:10-18).

3. PENDERITAAN MENYINGKAPKAN ISI HATI KITA

Penderitaan sering disebabkan oleh orang lain. Namun penderitaan dapat menyingkapkan apa yang ada di dalam hati kita. Kemampuan untuk mengasihi, mengampuni, marah, iri hati, dan kesombongan yang terpendam akan muncul ke permukaan didorong oleh penderitaan. Kekuatan dan kelemahan hati tidak ditemukan ketika segalanya berjalan lancar tetapi ketika api penderitaan dan pencobaan menguji karakter kita. Sebagaimana emas dan perak dimurnikan oleh api, dan sebagaimana batu bara butuh waktu dan tekanan untuk menjadi berlian, demikianlah hati manusia tersingkap dan berkembang dalam tempaan waktu dan situasi-kondisi. Kekuatan karakter tampak bukan ketika segala sesuatu berjalan dengan baik tetapi ketika sakit dan penderitaan datang menimpa (Ayu 42:1-17; Rom 5:3-5; Yak 1:2-5; 1Pe 1:6-8).

4. PENDERITAAN MEMBAWA KITA KE GERBANG KEKEKALAN

Seandainya kematian adalah akhir segalanya, maka suatu kehidupan yang dipenuhi penderitaan adalah tidak adil. Namun jika akhir kehidupan ini membawa kita ke gerbang kekekalan, maka orang yang paling beruntung di dunia ini adalah mereka yang menemukan, melalui penderitaan, bahwa hidup di dunia ini bukanlah segalanya. Orang yang menemukan diri sendiri dan Allahnya yang kekal melalui penderitaan adalah orang yang tidak menyia-nyiakan penderitaannya. Mereka telah mengizinkan kemiskinan, kedukaan, dan kelaparannya untuk membawanya kepada Tuhan kekekalan. Mereka adalah orang-orang yang akan menemukan sukacita tak berkesudahan seperti yang dikatakan Yesus, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga" (Mat 5:1-12; Rom 8:18-9).

5. PENDERITAAN MELEPASKAN IKATAN KITA ATAS DUNIA INI

Dengan berlalunya waktu, pekerjaan dan pemikiran kita akan semakin berkurang. Tubuh kita semakin memburuk. Berangsur-angsur tubuh menjadi usang. Sendi-sendi menjadi kaku dan nyeri. Mata semakin kabur. Pencernaan lambat. Tidur menjadi sulit. Masalah semakin membesar sementara pilihan semakin sedikit. Namun, jika kematian bukanlah akhir tetapi awal dari hari yang baru, maka masa tua juga suatu berkat. Setiap penderitaan yang baru akan membuat dunia ini kurang menarik dan membuat kehidupan yang akan datang lebih menarik. Dengan caranya sendiri, penderitaan membuka jalan untuk kita meninggalkan dunia dengan tenang (Pen 12:1-14).

6. PENDERITAAN MEMBERI KESEMPATAN UNTUK MEMPERCAYAI ALLAH

Penderita yang paling terkenal sepanjang masa adalah seorang laki-laki bernama Ayub. Menurut Alkitab, Ayub kehilangan keluarganya karena "angin ribut," kekayaannya terbang dan hangus, dan tubuhnya menderita bisul-bisul yang menyakitkan. Dalam kesemuanya itu, Allah tidak pernah memberitahu Ayub mengapa hal itu terjadi. Ketika Ayub menanggung tudingan teman-temannya, Surga tetap membisu. Ketika akhirnya Allah berbicara, Ia tidak memberitahukan Ayub bahwa musuh utama-Nya, si Iblis, telah menguji motif Ayub dalam melayani Allah. Tuhan juga tidak meminta maaf kepadanya karena Ia telah mengizinkan Iblis untuk menguji kesetiaan Ayub terhadap-Nya. Malahan, Allah berbicara tentang kambing-kambing gunung yang melahirkan, singa-singa muda yang memburu mangsanya, dan burung-burung gagak di sarangnya. Dia juga berbicara tentang perilaku burung unta, kekuatan lembu hutan, dan langkah kaki kuda. Allah berbicara tentang keajaiban langit, lautan, dan siklus musim-musim. Ayub diharap dapat menyimpulkan sendiri bahwa jika Allah mempunyai kuasa dan kebijaksanaan untuk menciptakan alam semesta, maka ada alasan untuk mempercayai Allah yang ini dalam masa-masa penderitaan (Ayu 1:1-42:17).

7. ALLAH MENDERITA BERSAMA KITA DI DALAM PENDERITAAN KITA

Tak seorang pun yang pernah menderita lebih daripada Bapa kita di Surga. Tak seorangpun yang pernah membayar harga dosa dunia lebih mahal daripada Dia. Tak seorangpun yang terus menerus sangat berduka ketika umat manusia semakin jahat. Tak seorangpun pernah menderita seperti Dia yang membayar dosa-dosa kita di dalam tubuh Putera-Nya sendiri, tubuh yang disalibkan. Tak seorang pun pernah menderita lebih daripada Dia yang, ketika membentangkan tangan-Nya dan mati, memperlihatkan betapa besar kasih-Nya kepada kita. Inilah Allah yang, dengan menarik kita kepada Diri-Nya, meminta kita untuk mempercayai-Nya ketika kita sedang menderita dan ketika orang-orang yang kita kasihi berkeluh-kesah di hadapan kita (1Pe 2:21; 3:18; 4:1).

8. PENGUATAN DARI ALLAH LEBIH BESAR DIBANDING PENDERITAAN KITA

Rasul Paulus memohon kepada Tuhan untuk menyingkirkan sumber penderitaannya yang tidak jelas. Tetapi Tuhan malah berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." "Sebab itu," kata Paulus, "terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2Ko 12:9-10) Paulus belajar bahwa dia lebih suka bersama Kristus dalam penderitaan daripada tanpa Kristus dalam kesehatan yang baik dan keadaan yang menyenangkan.

9. DALAM WAKTU KRISIS KITA SALING MENDEKATKAN DIRI SATU SAMA LAIN

Tak seorang pun memilih sakit dan penderitaan. Namun ketika tidak ada pilihan lain, kita tetap masih memiliki penghiburan. Bencana alam dan waktu krisis membuka kesempatan untuk mempersatukan kita. Angin ribut, kebakaran, gempa bumi, kerusuhan, penyakit, dan kecelakaan, semuanya mempunyai jalan untuk menyadarkan kita. Tiba-tiba kita menyadari kefanaan kita dan bahwa manusia lebih penting daripada benda. Kita menyadari bahwa kita saling membutuhkan dan di atas segalanya kita membutuhkan Allah. Setiap kali kita mendapatkan penghiburan Allah di dalam penderitaan kita, kemampuan kita untuk menolong orang lain bertambah. Inilah yang ada dalam pikiran Rasul Paulus ketika dia menulis, "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah." (2Ko 1:3-4)

10. ALLAH DAPAT MENGUBAH PENDERITAAN UNTUK KEBAIKAN KITA

Alkitab memberikan banyak contoh mengenai kebenaran ini. Dalam penderitaan Ayub, kita melihat bahwa bukan hanya pemahamannya mengenai Allah menjadi lebih mendalam, tetapi ia juga menjadi sumber penguatan bagi orang lain dalam setiap generasi selanjutnya. Dalam penolakan, pengkhianatan, perbudakan, dan dimasukkan ke dalam penjara tanpa bersalah, yang terjadi atas Yusuf, kita menyaksikan seseorang yang akhirnya mampu berkata kepada mereka yang telah mencelakakannya, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan." (Kej 50:20) Ketika segala sesuatu di dalam diri kita berteriak ke surga karena Allah mengizinkan kita menderita, kita memiliki alasan untuk berharap bahwa kita akan mendapatkan hasil abadi dan sukacita Yesus, yang di dalam penderitaan-Nya di kayu salib berteriak, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat 27:46)

ANDA TIDAK SENDIRIAN jika ketidakadilan dan penderitaan hidup membuat Anda tidak yakin bahwa Allah di Surga peduli kepada Anda. Tetapi renungkanlah kembali penderitaan Seseorang yang disebut oleh nabi Yesaya sebagai "Seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan." (Yes 53:3) Renungkanlah punggung-Nya yang dicambuk, dahi-Nya yang berdarah, tangan dan kaki-Nya yang berlubang paku, lambung-Nya yang ditikam, pergumulan-Nya yang sangat berat di Taman Getsemani, dan tangis kepedihan-Nya karena ditinggalkan. Renungkanlah pernyataan Kristus bahwa Dia menderita bukan untuk dosa-dosa-Nya melainkan untuk dosa-dosa kita. Untuk memberikan kepada kita kebebasan memilih, Dia membiarkan kita menderita. Namun Dia sendiri yang menanggung penderitaan dan
hukuman terakhir bagi semua dosa-dosa kita (2Ko 5:21, 1Pe 2:24).

© RBC Ministries Asia, Ltd.