Sunday 5 June 2011

KEKEKALAN KRISTUS & KEMANUSIAAN KRISTUS


KEKEKALAN KRISTUS
Kekekalan dan kaliahian Kristus tidak dapat dipisahkan. Mereka yang menyangkali kekekalan-Nya juga menyankali keilahian-Nya. Apabila keilahian Kristus diakui maka tidak ada masalah untuk menerima kekekalan-NYa.
BUKTI LANGSUNG
Perjanjian Baru. Ada banyak ayat di PB yang secara eksplisit menyatakan kekekalan dan Yesus Kristus.
1.      Yohanes 1:1, Kata adalah (Inggris: “Was”) dalam kalimat “Pada mulanya adalah Firman” adalah kata Yunani hen. Dalam bentuk kata imperfek yang menekankan keberadaan yang terus menerus pada waktu lampau. Frasa itu jadi dapat di terjemahkan, Pada mulanya adalah Firman yang terus menerus ada.” Pada mulanya Yohanes kemungkinan besar kembali pada awal mula alam semesta. Yohanes mengindikasikan bahwa sejauh kebelakang mana pun, Firman itu terus ada.
2.      Yohanes 5:8, Meskipun Abraham hidup 2000 tahun sebelum Kristus. Ia dapat mengatakan, “sebelum Abraham lahir Aku ada.” Meskipun Yesus lahir di Betlehem, Ia mengklaim telah ada sebelum Abraham. Tense yang dipakai kembali penting untuk diperhatikan. Sebelum Abraham lahir, Kristus telah dan terus menerus ada. Pernyataan “Aku adalah”, tentu saja juga menunjuk pada keilahian-Nya dan merupakan klaim kesetaraan dengan YAHWE. “Aku adalah” menunjuk pada Keluaran 3:14 yang mana Allah mengidentifikasikan diri-Nya sebagai “AKU ADALAH AKU”
3.      Ibrani 1:8. Dalam ayat 8, penulis ibrani memulai suatu seri kutipan dari PL. kata pengantar untuk pernyataan-pernyataan itu adalah, “Tetapi tentang Anak ia berkata, “jadi, pernyataan yang berikutnya adalah berkaitan dengan Kristus. Oleh karena itu, pernyataan, “Tahta-Mu, ya Allah tetap untuk seterusnya dan selamanya” menunjuk pada kekekalan Kristus.
4.      Kolose 1:17, Paulus menyatakan, “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia”. Menekaknkan sekali lagi tentang kekekalan dan praeksistensi Kristus melalui penggunaan bentuk tense waktu sekarang.
Perjanjian Lama,
1.      Mikha 5:2, pernyataan ini menekankan bahwa “yang permulaan-NYa sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala” meskipun Yesus dilahirkan di Betlehem (nubuat dari ayat ini), namun waktu itu bukanlah permulaan-NYa; Ia telah ada “sejak dahulu kala”.
2.      Yesaya 9:6. Kristus disebut “Bapa yang kekal”. Hal itu tidak berarti Kristus adalah Bapa, karena mereka adalah dua pribadi yang berbeda dalam trinitas. Hal itu tidak berarti bahwa kristus juga memiliki sebutan Bapa. Sebutan itu mengusulkan praeksistensi dan kekekalan.
Bukti Lansung,
1.      Asal mula Surgawi Kristus membuktikan eksistensi kekekalan-Nya. Yohanes 3:13 menekankan bahwa Kristus “turun dari Surga”. Apabila Kristus datang dari Surga maka Betlehem tidak dapat menjadi awal mula-Nya. Ayat ini mengindikasikan bahwa Ia tinggal di Surga sebelum datang kebumi, oleh karena itu, Ia adalah kekal (Lihat juga Yohanes 6:38).
2.      Karya prainkarnasi Kristus membuktikan eksistensi kekekalan-Nya. Yohanes 1:3 mengatakan bahwa Kristus menciptakan segala sesuatu (“semua” disini adalah suatu penekanan). Apabila Ia menciptakan segala sesuatu maka Ia haruslah kekal (Lihat juga 1 Kor 8:6).
3.      Sebutan Kristus membuktikan eksistensi kekekalan-Nya. (a) YAHWE. Dalam Yohanes 12:41 para rasul mengatakan bahwa Yesaya melihat kemuliaan-Nya yang dalam konteksnya ditujukan pada Kristus. Namun demikian, Yohanes mengutip dari Yesaya 6:10 dimana ia secara jelas menunjuk pada YAWHE (lihat juga Yesaya 6:3,5). Jadi, Yohanes menyetarakan Yesus dengan YAHWE, Tuhan di Perjanjian Lama; karena YAHWE adalah kekal, maka Yesus adalah kekal. (b) Adonai, dalam matius 22:44 Kristus mengutip Mazmur 110:1, “Demikianlah Firman Tuhan kepada tuanku” dan menerapkan pada diri-Nya sendiri. Istilah “Tuhan” adalah Adonai, salah satu sebutan untuk nama Allah di Perjanjian Lama. Apabila Kristus disebut Adonai, maka Ia adalah kekal, karena Allah adalah kekal.
4.      Theofani membuktikan eksistensi-Nya yang kekal. Suatu theofani dapat dijabarkan sebagai berikut: “itu adalah pribadi kedua dari trinitas yang muncul dalam wujud manusia…. Salah satu dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal yang disebut TUHAN atau YAHWE, dalam peristiwa yang dicatat di Kejadian 18 harus dianggap sebagai Pribadi kedua dari Trinitas”. Identifikasi Kristus dengan pemunculan malaikat Tuhan (Theofani) dapat di demostrasikan dalam hal berikut ini. Malaikat Tuhan diakui sebagai yang Ilahi. Ia diperlakukan sebagai Allah (Hakim 6:11,14; catatan pada ayat 11 Dia disebut “Malaikat Tuhan”, sedang pada ayat 14 Dia disebut “Tuhan”). Malaikat Tuhan dalam peristiwa lain dibedakan dengan YAHWE karena Ia berbicara kepada YAHWE (Za 1:11; 3:1-2; Lihat Kej 24:7). Malaikat Tuhan tidak mungkin adalah Roh Kudus atau Bapa, karena Roh Kudus ataupun Bapa belum pernah di wahyukan dalam bentuk fisik (lihat juga Yoh 1:18). Malaikat Tuhan tidak lagi muncul setelah inkarnasi Kristus. Tidak ada disebut lagi tentang malaikat Tuhan di PB; Ia berhenti muncul setelah kelahiran Kristus.
KEMANUSIAAN KRISTUS
ARTI KEMANUSIAAN KRISTUS
Doktrin kemanusiaan Kristus setara pentingnya dengan doktrin keilahian Kristus. Yesus harus menjadi manusia untuk dapat mewakili umat manusia yang berdosa. Surat Yohanes pertama ditulis untuk membenarkan pengajaran yang salah, yaitu penyangkalan akan kemanusiaan Kristus yang sejati (lihat juga 1 Yohanes 4:2). Apabila Yesus bukan manusia yang sejati, maka kematian di kayu salib merupakan ilusi; Ia harus manusia sejati untuk mati bagi umat manusia. Kitab suci mengajarkan kemanusiaan sejati dari Yesus. Namun , demikian mereka juga memperlihatkan bahwa Ia tidak memiliki dosa manusia, nstur kejatuhan (1 Yoh 3:5).
IA LAHIR DARI ANAK DARA   
Kelahiran dari anak dara adalah doktrin yang esensial (dan alkitabiah); hal itu merupakan keharusan untuk menyatakan bahwa Kristus tidak berdosa. Apabila Ia lahir sebagai anak Yusuf, Ia memiliki natur dosa. Ada banyak ayat dalam Injil yang menytakan kelahiran Kristus dari anak dara. Di Matius 1:2-15 bentuk aktif dari kata kerja digunakan (hal ini tidak tercermin di versi American Standard Bible); “Abraham melahirkan Ishak” (ay versi King James). Di ayat 16, namun demikian ada perubahan yang disengaja menjadi bentuk pasif dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Kata kerja frasa “yang melahirkan Yesus” adalah pasif dan menekankan bahwa itu berlawanan dengan semua manusia sebelumnya yang terlibat dalam kelahiran putra mereka, Yusuf tidak melahirkan Yesus. (lihat pembahasan sebelumnya untuk penjelasan lebih lanjut).
IA MEMILIKI TUBUH DAGING YANG SESUNGGUHNYA DAN DARAH
Tubuh Yesus sama dengan tubuh dari manusia lain kecuali untuk kualitas-kualitas tertentu yang merupakan akibat dari dosa dan kejatuhan manusia. Lukas 1-2 menjabarkan kehamilan Maria pada waktu ia melahirkan bayi Yesus, yang meneguhkan kemanusiaan sejati dari Juruselamat. Yesus bukan phantom sebagaimana yang diajarkan oleh Decotisme. Kemudian dalam kehidupan-Nya, Ia dikenal sebagai orang Yahudi (Yoh 4:9) dan sebagai tukang kayu yang memiliki saudara laki-laki dan perempuan (Mat 13:55). Pada akhirnya, Ia sangat menderita dalam tubuh manusia-Nya: Ia mengalami rasa sakit di sesah (Yoh 19:1), ketakutan akan penyaliban (Yoh 19”18), dan disalib Ia haus sebagaimana halnya manusia (Yoh 19:28). Unsure-unsur ini menekakan kemanusiaan sejati-Nya.
IA MEMILIKI PERKEMBANGAN YANG NORMAL
Lukas 2:52 menjelaskan perkembangan Yesus dalam 4 area: mental, fisikal, spiritual, dan social. Ia terus berkembang dalam pengeahuan-NYa akan sesuatu; Ia bertumbuh secara fhisik; Ia berkemang dalam kesadaran spiritual-Nya (tentu saja tidak ada interaksi dengan dosa, karena Ia tidak tanpa dosa sejak kelahiran sampai kematian); Ia berkembang dalam hubungan social-Nya. Perkembangan-Nya dalam keempet area ini adalah sempurna; “ dalam setiap tahap Ia sempurna untuk tahap itu”.
IA MEMILIKI JIWA DAN ROH MANUSIA
 Yesus adalah manusia yang utuh, yang memiliki tubuh, jiwa dan roh. Sebelum penyaliban, Yesus jiwa-Nya gundah dalam mengantisipasi salib (Yoh 12:27). Ada suatu kesadaran diri dimana Ia harus menanggung dosa seluruh dunia, dan Yesus sangat terpengaruh akan prospek itu. Yohanes 11:33 menjabarkan dalam istilah yang paling kuat tentang emosi yang dirasakan oleh Yesus dalam roh manusia-Nya pada kematian teman-Nya Lazarus. Pada prospek diambang penyaliban, Yesus sangat susah dalam roh manusia-Nya (Yohanes 13:21); dan ketika pada akhir-Nya  Ia mati menyerahkan roh-Nya (Yoh 19:30).
IA MEMILIKI KARAKTERISITK KEBERADAAN MANUSIA
Pada waktu Yesus puasa di padang gurun, Ia menjadi lapar (Mat 4:2); pada waktu Ia dan murid-murid berjalan melalui Samaria, Ia menjadi lelah dan berhenti di dekat sumur untuk berisitrahat (Yoh 4:6); Ia haus dari perjalanan hari itu di bawah terik matahari (Yoh 4:7), Yesus juga mengalami emosi manusia: Ia menagis atas kematian teman-Nya Lazarus (Yoh 11:34-35); Ia menaruh belas kasih pada orang-orang karena mereka tanpa pemimpin yang mampu (Mat 9:36); Ia mengalami dukacita dan menangis atas Yerusalem (Mat 23:37; Luk 19:41).
IA MEMILIKI NAMA MANUSIA
Ia di panggil “putra Daud”, mengidentifikasikan Ia adalah keturunan dari raja Daud (Mat 1:1). Ia juga dipanggil Yesus (Mat 1:21), setara dengan nama di PL, yaitu Yosua (artinya YAHWE menyelamatkan). Ia dianggap sebagai “Manusia”. Paulus mengindikasikan masa depan dunia yang akan dihakimi oleh seorang “Manusia” (Kis 17:31). Sebagai manusia, Yesus juga adalah pengantara antara Allah dan manusia (1 Tim 2:5).

KESIMPULAN
Jadi Yesus Kristus adalah 100% Tuhan dan 100% manusia. Amin semoga dapat menjadi jawaban atas pertanyaa-pertanyaan yang mengganjal di hati tentang siapakah Yesus Kristus yang di pertanyakan oleh banyak orang dari dulu sampai sekarang.

Friday 20 May 2011

KEBAHAGIAAN YANG SEBENARNYA


Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu. (Mat 5:2-12).
Ketika anda menderita kerugian besar dalam usaha anda, apakah anda merasa bersukacita? Kehidupan manusia belum tentu selalu merasa bahagia. Oleh karenanya, kita perlu belajar apakah kebahagiaan yang sebenarnya itu. Apa maksud Tuhan tentang kebahagiaan orang beriman pada masa kini? Jika membaca nats diatas, kita bias menemukan orang-orang berbahagia yang dibicarakan Tuhan Yesus.
Melihat orang-orang berbahagia yang dimaksudkan Tuhan Yesus, kita dapat menggolongkan bahwa orang-orang berbahagia adalah:
1.      1. Orang yang menyatakan kebenaran.
Orang yang miskin dihadapan Allah (ay.3), orang yang berduka cita (ay.4), orang yang lapar dan haus akan kebenaran (ay.6), orang suci hatinya (ay.8), orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran (ay.10-12). Mereka ini adalah orang yang mengalami kesusahan karena melakukan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
2.    2.   Orang yang damai dengan orang lain
Orang yang lemah lembut (ay.5), orang yang murah hatinya (ay.7), orang yang membawa damai (ay.9). mereka adalah orang-orang yang mementingkan keadaan orang lain.
3.     3.  Orang yang berjuang mengahdapi diri sendiri.
Orang yang miskin dihadapan Allah (ay.3), orang berduka cita (ay.4), orang yang lemah lembut (ay.5), orang yang lapar dan haus akan kebenaran (ay.6), orang yang murah hatinya (ay.8), orang yang membawa damai (ay.9), orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran (ay.10-12). Mereka bukan bermasalah dengan kesalahan etika tetapi merendahkan diriuntuk menjadi lebih benar.
Dari pengertian tersebut, kita perlu tahu bahwa ada dua macam kebahagiaan yang sebenarnya: yang pertama yaitu mendapat hak kekekalan yang artinya adalah empunya kerajaan Sorga (ay.3,10) dan hak kekekalan ini bukan diberikan kepada semua orang, melainkan kepada orang yang mencari kebenaran, orang yang damai dengan orang lain, orang yang berjuang menghadapi diri sendiri. Dan orang yang memiliki hak kekekalan ini tidak akan takut dengan urusan apapun didunia ini.
Dan yang kedua adalah mendapat penghargaan, yaitu mereka dihibur (ay.4), memiliki bumi (ay.5), dipuaskan (ay.6), beroleh kemurahan (ay.7), dan upahnya besar disorga (ay.11). Mereka yang mencari kebenaran, damai dengan orang lain, dan berjuang menghadapi diri sendiri akan memperoleh penghargaan dari Tuhan. Dan orang yang mendapat penghargaan dari Tuhan tidak merasa malu dihadapan siapapun juga.
Yesus berbicara tentang kebahagiaan dari segi rohani akan tetapi hal ini tidak lepas dari segi materi juga. Materi ini bukan hanya dimiliki disurga, melainkan dalam seluruh kehidupan baik bumi maupun disurga. Itulah sebabnya kebahagiaan yang sebenarnya artinya Kekekalan dan Penghargaan karena kita yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah di tentukan untuk memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya, kita harus selalu melakukan hal-hal yang mulia yaitu: Mengerti maksud Tuhan lebih mendalam setiap saat sehingga perlu adanya saat teduh dan menikmati kebahagiaan yang disediakan Tuhan yaitu hak kekekalan dan penghargaan.  

Tuesday 17 May 2011

My Foem

  Pernahkah kamu merasakan...
Mencintai seseorang, meski kamu tahu ia tak sendiri lagi...
Meski tau cintamu tak berbalas... Tapi kamu tetap mencintainya...
Pernahkah kamu merasakan...
Kamu sanggup melakukan apa saja demi orang yang kamu cintai,
meski kamu tahu, ia tak peduli/mengerti & tetap pergi mengglkanmu...
Pernahkah kamu merasakan hebatnya cinta...
Tersenyum kala terLuka.. Menangis kala Bahagia.. Bersedih kala berSama.. Tertawa kala berPisah..
Aku pernah...
Tersenyum meski Terluka, karena kuyakin Tuhan tak menjadikannya untukku..
 Menangis kala Bahagia, karena takut cinta ini akan sirna begitu saja...
Bersedih kala berSamanya, karena takut kehilangan dia 1 saat nanti...
Tertawa saat berPisah, karena 1xlagi, cinta tak harus memiliki...
Aku tetap bisa mencintainya, meski ia tak dapat kurengkuh dalam pelukanku...
Karena memang cinta å∂å dalam jiwa, dan bukan å∂å dalam raga.
Semua orang pasti pernah merasakan cinta..
baik dari orang tua... sahabat.. kekasih dan akhirnya pasangan hidupnya.
Buat temenku yg sedang *jatuh cinta.. selamat yah..! karena cinta itu sangat indah
Semoga kalian selalu bahagia.
Buat temanku yg *terluka...
Hidup itu bagaikan roda yang berputar, tapi keadaan itu tidak untuk selamanya...
 Bersabar dan Berdoalah, karena cinta yang lain akan datang dan menghampirimu…
Buat temanku yang *tidak percaya akan cinta... buka hatimu..
Jangan menutup diri, cinta ǟƘǟπ membuat hidupmu menjadi bahagia.
Buat temanku yang *mendambakan cinta..
Bersabarlah... Karena cinta yang indah tidak terjadi dalam sekejap..
Tuhan sedang mempersiapkan yang terbaik bagimu

Sunday 13 February 2011

MENGABARKAN INJIL TANGGUNG JAWAB SIAPA?


Pendahuluan
            Matius 5:13-16 berrkata: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Dan juga Matius 28:19-20 mengatakan demikian, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Jadi siapakah yang bertanggung jawab mengabarkan Injil? Pendeta? Majelis?. Umumnya orang Kristen mengabarkan Injil (MI) adalah tanggung jawab para pemimpin gereja. Alkitab tidak membenarkan anggapan ini, Alkitab tegas menandaskan bahwa yang pertama yaitu semua orang percaya adalah “garam atau “terang dunia (Mat 5:13-16); yang kedua kamu akan menjadi saksiku (Kis 1:8) dan kami ini adalah utusan-utusan Kristus (2 Kor 5:20); yang ketiga Alkitab memberikan contoh teladan gaya hidup orang Kristen pada gereja mula-mula (Kis 8:1,4); dan yang keempat mengenai perintah Yesus Kristu (Matius 28:19-20).
           
            Menyimak pada keempat butir diatas, jelaslah bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia-karunia yang di anugerahkan Roh Kudus kepadanya. Harus di akui bahwa kita sering malas atau segan melaksanakan kewajiban ini, penyebabanya antara lain adalah:
1.      Sikap tak acuh terhadap keadaan busuk sesame manusia.
Mari kita perhatikan Matius 25:31-36, "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.  Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Dan juga Markus 9:43-48, “Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.” Serta juga mari perhatikan Wahyu 20:11-15, “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” Setelah menyimak beberapa ayat diatas ingatlah akan kasih sayang Kristus akan manusia yang hilang seperti yang tertulis di Lukas 19:41-44, “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.  Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau." Dan juga Matius 23:37-39, "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" melalui penjabaran dari ayat-ayat diatas apakah kita masih akan tetap bersikap acuh ataupun cuek terhadap keadaan buruk sesame kita yang belum mengenal dan percaya Yesus?
2.      Takut kepada sesama manusia.
Takut kepada orang mendatangkan jerat (Amsal 20:11-15). Ketakutan kepada sesama manusia bermacam-macam bentuknya, antara lain:
a.      Takut di tertawakan, di benci, dianiaya, dianggap aneh, dan lain-lain. Mari kita simak ayat Firman Tuhan berikut ini: Yohanes 15:18-21, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku”. Juga Matius 24:9, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,” dan ingatlah akan Firman Tuhan ini: Roma 1:16, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Juga Ibrani 13:5-6, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" serta Filipi 4:9, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”
b.      Takut Kehilangan Kedudukan Dalam Masyarakat. Mari kita simak ayat Firman Tuhan berikut ini: Yohanes 12:42-43, “Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.”  Dan ingatlah akan Firman Tuhan ini, Markus 8:38, “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.”
c.       Malu Karena Belum Mengerti atau Menguasai Asas-asas Kepercayaan Kristen. Untuk hal ini mari kita simak ayat Firman Tuhan berikut ini, 1 Petrus 3:15, “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” bandingkan juga dengan Ibrani 5:12, “Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.” Oleh karena itu ingatlah Firman Tuhan berikut ini, 2 Timotius 2:15, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu”
d.      Malu Karena Kehidupan Kita Sebagai Orang Kristen Belum Begitu Baik. Untuk hal ini mari kita simak Firman Tuhan berikut ini, Matius 23: 27-28, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” Dan ingatlah Firman Tuhan berikut ini, 1 Petrus 15-16, “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus dan juga 1 Petrus 2:5, “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” Serta 2 Timotius 2:9, “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu”
Oleh penyebab seperti yang di kemukakan diatas, jelas pula betapa kita perlu di gerakkan dan di perlengkapi untuk melaksanakan tanggung jawab kita mengabarkan Injil dengan baik. Pekerjaan di ladang Tuhan memang adalah berat, namun mulia dan indah. Kalau kesadaran akan kemuliaan dan keindahannya berkurang, kita akan segera merasa lelah dan malas melaksanakan tugas luhur tersebut.
            Kita mengabarkan Injil adalah kepada dunia yang tak acuh, bahakan yang bersikap bermusuhan. Dunia tidak menghargai pelayanan kita, bahkan melawannya. Iblis senantiasa menetang setiap dan segala upaya memasyurkan nama Kristus. Dan dalam perjuangan menghadapi kendala demikian, kita akan mengalami, bahwa kendati roh kita bergelora daging kita lemah sekali. Banyak orang yang mulai mengabarkan Injil dengan penuh semangat dan gairah dan akhirnya putus asa lalu meninggalkan tugas mengabarkan Injil.

Kesimpulan
            Kesempatan mengabarkan Injil terbatas (Yohanes 9:4), sangat erat terkait dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali yang makin dekat (Wahyu 22:12), juga terkait dengan hidup kita sendiri (Yakobus 4:14) dan hidup mereka – kepada siapa kita berhutang Injil.
Masalah pokok ialah, apakah kita akan memanfaatkan kesempatan yang terbatas itu untuk memuliakan Tuhan, ataukah hanya untuk kepentingan diri kita sendiri? Baiklah kita mengingat dan merenungkan, bahwa ‘Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup TIDAK LAGI HIDUP UNTUK DIRINYA SENDIRI, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah bangkit untuk mereka’ (2 Korintus 5:15).