Sunday 13 February 2011

MENGABARKAN INJIL TANGGUNG JAWAB SIAPA?


Pendahuluan
            Matius 5:13-16 berrkata: "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Dan juga Matius 28:19-20 mengatakan demikian, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Jadi siapakah yang bertanggung jawab mengabarkan Injil? Pendeta? Majelis?. Umumnya orang Kristen mengabarkan Injil (MI) adalah tanggung jawab para pemimpin gereja. Alkitab tidak membenarkan anggapan ini, Alkitab tegas menandaskan bahwa yang pertama yaitu semua orang percaya adalah “garam atau “terang dunia (Mat 5:13-16); yang kedua kamu akan menjadi saksiku (Kis 1:8) dan kami ini adalah utusan-utusan Kristus (2 Kor 5:20); yang ketiga Alkitab memberikan contoh teladan gaya hidup orang Kristen pada gereja mula-mula (Kis 8:1,4); dan yang keempat mengenai perintah Yesus Kristu (Matius 28:19-20).
           
            Menyimak pada keempat butir diatas, jelaslah bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang yang telah menerima Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Setiap orang percaya wajib mengabarkan Injil sesuai kemampuan dan karunia-karunia yang di anugerahkan Roh Kudus kepadanya. Harus di akui bahwa kita sering malas atau segan melaksanakan kewajiban ini, penyebabanya antara lain adalah:
1.      Sikap tak acuh terhadap keadaan busuk sesame manusia.
Mari kita perhatikan Matius 25:31-36, "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.  Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Dan juga Markus 9:43-48, “Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.” Serta juga mari perhatikan Wahyu 20:11-15, “Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” Setelah menyimak beberapa ayat diatas ingatlah akan kasih sayang Kristus akan manusia yang hilang seperti yang tertulis di Lukas 19:41-44, “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.  Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau." Dan juga Matius 23:37-39, "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" melalui penjabaran dari ayat-ayat diatas apakah kita masih akan tetap bersikap acuh ataupun cuek terhadap keadaan buruk sesame kita yang belum mengenal dan percaya Yesus?
2.      Takut kepada sesama manusia.
Takut kepada orang mendatangkan jerat (Amsal 20:11-15). Ketakutan kepada sesama manusia bermacam-macam bentuknya, antara lain:
a.      Takut di tertawakan, di benci, dianiaya, dianggap aneh, dan lain-lain. Mari kita simak ayat Firman Tuhan berikut ini: Yohanes 15:18-21, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku”. Juga Matius 24:9, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,” dan ingatlah akan Firman Tuhan ini: Roma 1:16, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Juga Ibrani 13:5-6, “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" serta Filipi 4:9, “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”
b.      Takut Kehilangan Kedudukan Dalam Masyarakat. Mari kita simak ayat Firman Tuhan berikut ini: Yohanes 12:42-43, “Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan. Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.”  Dan ingatlah akan Firman Tuhan ini, Markus 8:38, “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.”
c.       Malu Karena Belum Mengerti atau Menguasai Asas-asas Kepercayaan Kristen. Untuk hal ini mari kita simak ayat Firman Tuhan berikut ini, 1 Petrus 3:15, “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” bandingkan juga dengan Ibrani 5:12, “Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.” Oleh karena itu ingatlah Firman Tuhan berikut ini, 2 Timotius 2:15, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu”
d.      Malu Karena Kehidupan Kita Sebagai Orang Kristen Belum Begitu Baik. Untuk hal ini mari kita simak Firman Tuhan berikut ini, Matius 23: 27-28, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” Dan ingatlah Firman Tuhan berikut ini, 1 Petrus 15-16, “tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus dan juga 1 Petrus 2:5, “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” Serta 2 Timotius 2:9, “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu”
Oleh penyebab seperti yang di kemukakan diatas, jelas pula betapa kita perlu di gerakkan dan di perlengkapi untuk melaksanakan tanggung jawab kita mengabarkan Injil dengan baik. Pekerjaan di ladang Tuhan memang adalah berat, namun mulia dan indah. Kalau kesadaran akan kemuliaan dan keindahannya berkurang, kita akan segera merasa lelah dan malas melaksanakan tugas luhur tersebut.
            Kita mengabarkan Injil adalah kepada dunia yang tak acuh, bahakan yang bersikap bermusuhan. Dunia tidak menghargai pelayanan kita, bahkan melawannya. Iblis senantiasa menetang setiap dan segala upaya memasyurkan nama Kristus. Dan dalam perjuangan menghadapi kendala demikian, kita akan mengalami, bahwa kendati roh kita bergelora daging kita lemah sekali. Banyak orang yang mulai mengabarkan Injil dengan penuh semangat dan gairah dan akhirnya putus asa lalu meninggalkan tugas mengabarkan Injil.

Kesimpulan
            Kesempatan mengabarkan Injil terbatas (Yohanes 9:4), sangat erat terkait dengan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali yang makin dekat (Wahyu 22:12), juga terkait dengan hidup kita sendiri (Yakobus 4:14) dan hidup mereka – kepada siapa kita berhutang Injil.
Masalah pokok ialah, apakah kita akan memanfaatkan kesempatan yang terbatas itu untuk memuliakan Tuhan, ataukah hanya untuk kepentingan diri kita sendiri? Baiklah kita mengingat dan merenungkan, bahwa ‘Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup TIDAK LAGI HIDUP UNTUK DIRINYA SENDIRI, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah bangkit untuk mereka’ (2 Korintus 5:15).


Sunday 6 February 2011

PENDIDKAN KRISTEN


Pendidikan Kristen adalah berbicara tentang aplikasi/proses yang terjadi dari lahir sampai mati atau boleh dikatakan gaya hidup orang Kristen. Pendidikan Kristen bertitik tolak dari Firman Tuhan Hosea 4:6, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu”.
Tiga tahapan dalam Pendidikan Kristen:
1. Bertumbuh Bersama Dalam Kristus.
Kolo se 2:6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”. Firman Tuhan ini adalah titik berangkat untuk bertumbuh di dalam Kristus. Mari kita perhatikan Kolose 2:6a, mengatakan: “karena kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita” ini adalah titik berangkat untuk hidup di dalam Tuhan. Dan ayat 6b dikatakan, “hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia” ini adalah komitmen untuk hidup di dalam Yesus dan Kolose 2:7 mengatakan,”hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di bangun di dalam Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman sebagaimana telah diajarkan kepadamu dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” ini adalah cara supaya iman kita teguh dan juga adalah dengan adanya berbagai-bagai pencobaan seperti Yakobus 1:3 katakan, “sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan”.
Untuk bertumbuh dalam Kristus, yang pertama kita harus mempunyai komitmat atau tekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajarkan Taurat Tuhan tersebut seperti yang dilakukan oleh Esra, “sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel (Ezr 7:10)”. Yang kedua adalah kita harus hidup untuk Tuhan seperti yang di katakana oleh rasul Paulus kepada orang-orang Galatia: “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus (Gal 2:19)”. “Dan Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (Kol 3:3)”. Yang ketigs adalah untuk kita dapat bertumbuh kita harus senantiasa tinggal di dalam Tuhan dan Firman-Nya di dalam kita, seperti yang di katakan Tuhan Yesus: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yoh 5:7)”. Dan yang keempat adalah kita harus memiliki rasa takut akan Tuhan, “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka (Maz 25:14).
2. Memberitakan Kebenaran dalam Kasih.
Pendidikan Kristen di mulai dari keluarga, gereja,dan sekolah. Di mulai dari keluarga maksudnya adalah adanya mezbah keluarga, dimana nama Allah di permuliakan dan Firman Allah di ajarkan, Yosua 24:14-16 berkata: “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"  Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!
Dan juga orang tua khususnya para bapak-bapak harus mengajarkan Firman Allah berulang-ulang, setiap saat kepada anak-anaknya. Seperti yang di katakan oleh Firman Tuhan: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu (Ulangan 6:4-9)”.
3.      Menuju Kedewasaan Iman.
Iman Kristen berbicara mengenai Pemahaman Iman, Pengakuan Iman, dan Pengalaman iman. Dan untuk menuju kepada kedewasaan iman Gereja harus mempunyai 3 kematangan, yaitu yang pertama adalah Kematangan Intelektual atau yang di sebut cara berpikir yang mau di ajar/diubahkan, penulis Ezra pengatakan: “Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel (Ezra 7:10)”. Dan yang kedua adalah Kematangan Emosional yaitu mencakup buah Roh, “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,   kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Gal 5:22-23).” Serta yang ketiga adalah Kedewasaan Rohani. Pertanda atau ciri-ciri kedewasaan Rohani adalah bahwa setiap pribadi yang sudah dewasa rohani harus dapat menghasilkan buah khususnya buah roh seperti yang di katakana Rasul Paulus kepada jemaat gi Galatia (Gal 5:22-23). Dan juga setiap pribadi yang sudah dewasa harus memiliki perubahan gaya hidup, bertumbuh dalam pengetahuan akan Allah, seperti yang di katakan oleh Paulus di dalam tulisannya kepada jemaat Kolose: “sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah (Kol 1:10).
Dan juga seorang yang dewasa rohani itu adalah seorang yang memiliki kesabaran atau panjang sabar. Kolose 1:11, “dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar”. Dan yang terakhir cirri seorang yang dewasa rohani adalah seorang yang mempunyai gaya hidup yang penuh dengan ucapan syukur dan sukacita, hidup memuji Tuhan apapun situasi atau keadaan hidupnya.
Jadi kesimpulannya Pendidikan Kristen adalah pelayanan menyeluruh yang mencakup tubuh, jiwa dan roh.


Saturday 5 February 2011

Penderitaan


          KITA semua tahu apa itu penderitaan. Kita bahkan mengalaminya. Orang biasa bilang bahwa penderitaan itu seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan itu di belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga bayangan itu membentang di depan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam.
          Penyebab penderitaan juga macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang selalu menyertai hidup. Hanya orang yang sudah meninggal saja yang tidak mengenal dan mengalami penderitaan. Atau mungkin juga orang mati menderita. Kita belum tahu itu, karena kita belum mengalami sendiri.
          Minggu-minggu ini umat kristen sedunia memasuki saat-saat perenungan akan penderitaan Kristus dan maknanya bagi mereka. Penderitaan selalu ada. Manusia tidak bisa berbuat lain kecuali menghadapinya. Itu sebabnya adalah penting untuk kita merenungkan makna penderitaan itu. Mungkin kita tidak suka melakukannya. Tetapi karena penderitaan itu merupakan fakta yang tidak terhindarkan, kita harus menerimanya dan menemukan maknanya. Inilah salah satu maksud penetapan perayaan minggu-minggu sengsara alam kalender gerejawi.
          Penderitaan perlu dihadapi dan direnungkan. Ini mengandaikan bahwa ada makna positif yang bisa kita petik dari pengalaman penderitaan. Ya, setidak-tidaknya itulah yang dikatakan oleh Henry Ward Becher. Menurut Becher "menangis itu adalah rahmat". Waktu anak kami lahir di negeri Belanda, seorang dokter datang membawa jarum suntik. Dia mengambil darah dari telapak kaki anak kami. Tentu saja si bayi kesakitan. Ia menangis dengan suara keras. Dokter yang merawat dia berkata: "Gooed..... Goed... doe maar" (Baik-baik. Menangislah). Sambil memandang kepada saya dia berkata: "Bayi yang menangis waktu disakiti adalah tanda bahwa bayi itu sehat. Menangis juga perlu agar paru-parunya berkembang".
          "Menangis adalah berkat." kata Henry Becher. Ini juga berlaku bagi orang dewasa. "Karena dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan, negeri yang tanpa air mata." Saya rasa pendapat ini ada benarnya. "Yesus ada bersama dua orang murid waktu mereka di dalam perjalanan ke Emaus. "Tetapi ada sesuatu yang menghalang mata mereka sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia" (Yoh. 24:16). Mereka sangat terpaku pada cara hidup yang lama, pendapat dan pengajaran yang lama tentang hidup, Allah dan kebenaran. Penghayatan mereka tentang hidup bersifat statis dan monoton.
          Sesuatu yang menutupi mata mereka itu terangkat, waktu Yesus berbicara kepada mereka begitu rupa sehingga hati mereka berkobar-kobar, mereka sangat tersentuh dan terharu dengan apa yang mereka dengar itu (Yoh. 24:32). Sangat biasa jadi perasaan berkobar-kobar itu membuat mata mereka basah karena air mata. Akibatnya mereka memperoleh pemahaman yang baru mengenai hidup, Allah dan kebenaran. Mereka memperoleh perspektif baru dalam memahami kitab suci. Mata mereka dapat melihat sesuatu yang baru pada apa yang selama ini sudah mereka lihat. Saya kira Becher benar saat ia berkata : "Menangis adalah berkat karena dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan, negeri yang tanpa air mata". Artinya dengan memahami penderitaan, pengharapan akan satu perubahan ke arah yang lebih baik makin dilihat sebagai sebuah kebutuhan. Pengharapan akan hidup yang lain dari keadaan sekarang (status quo) bertumbuh di dalam pengalaman penderitaan.
          Waktu pemerintah sekarang mengumumkan kenaikan harga BBM, reaksi muncul di mana-mana. Banyak orang yang meminta agar harta para koruptor besar disita oleh pemerintah untuk menanggulangi subsidi BBM, proses pengadilan yang adil kepada para koruptor harus menjadi prioritas pemerintah. Penderitaan ternyata mengajar orang untuk memperbaiki keadaan hidup.
          Penderitaan ada manfaatnya. Ia mendekatkan kita kepada Allah, kata seorang pemikir yang lain bernama Harlod A Bisley. "Penderitaan adalah kesempatan yang baik untuk berdoa. "Waktu hujan tidak turun dan tanaman di kebun mulai layu dan ada ancaman kegagalan panen, banyak orang berdoa. Kita cepat-cepat datang kepada Tuhan waktu pencobaan datang."
          Para awak kapal berseru masing-masing kepada Allahnya waktu badai dan angin sakal menghantam kapal mereka. Itu cerita yang kita baca dalam Kitab Yunus. Murid-murid Yesus juga berseru kepada sang guru waktu mereka diserang badai secara tiba-tiba saat mereka sedang berlayar. Bahkan Yesus sendiri juga mengambil waktu khusus untuk berdoa, waktu Dia berada pada situasi yang kritis menjelang kematiannya.
Akh, bisa saja ada yang tidak setuju. Penderitaan tidak membawa manfaat apa pun bagi manusia. Ia malah membuat umur hidup seseorang menjadi lebih pendek. Lihat saja, gara-gara penderitaan ada banyak orang yang stres, lalu mengalami strok dan kemudian stop. Karena alasan-alasan ini ada ahli yang menolak untuk kita memuliakan penderitaan. Penderitaan harus dilawan sekuat tenaga. Manusia harus berjuang untuk menolak penderitaan yang ia alami.
         Fakta-fakta yang kita catat di atas membuat kita menjadi bijak. Penderitaan itu ada plusnya tetapi juga ada minusnya. Ini memang fakta yang tidak mungkin dipungkiri. Teori macam apa pun tidak akan mampu berkat yang kita peroleh dalam penderitaan menghilangkan sisi negatifnya. Ini kalau kita bicara tentang plus-minus dari penderitaan. Daripada terjerat dalam soal plus minus dan kita tidak pernah akan memperoleh kata sepakat penderitaan dapat juga dilihat dari sisi lain. Sisi lain adalah sebagai berikut.
         Fakta mengatakan bahwa manusia tidak pernah sendirian dalam menghadapi penderitaan. Dalam derita manusia kembali menjadi satu. Penderitaan membuat perbedaan-perbedaan pendapat, konflik, dan perpecahan mencair dengan sendirinya. Orang-orang yang hidup dalam permusuhan dan konflik bisa dengan mudah melupakan konflik dan perbedaan pendapat yang ada di antara mereka. Coba kita lihat pengalaman penderitaan yang kita alami sebagai satu bangsa karena bencana alam di Aceh. Belakangan ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang bersekutu dan persaudaraannya tercabik-cabik. Bangsa Indonesia yang satu mengelompok dalam sentimen agama dan suku yang sangat tinggi. Orang Islam menganggap orang Kristen sebagai ancaman. Mereka saling memandang dengan penuh curiga, yang satu menganggap yang lain sebagai kafir atau melakukan syirik.
         Pengelompokan manusia Indonesia menurut agama : Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, orang kafir dan orang bertaqwa hilang dengan begitu saja. Mereka yang berbeda-beda ini justru bergandengan tangan menanggulangi dan menghadapi penderitaan. Ini sungguh satu mujizat. Ya, kalau dalam keadaan suka cita kita cenderung terbelah-belah, maka dalam derita dan duka kita kembali menjadi satu.
         Pengalaman tidak sendiri dalam penderitaan tidak merupakan satu yang bersifat horizontal belaka. Yang tidak kalah penting untuk kita ketahui, juga di dalam minggu-minggu pra paskah ini, adalah kenyataan berikut. Allah juga ada bersama kita. Ia menjadi satu dengan kita yang menderita. Allah ternyata ikut ambil bagian dalam penderitaan manusia. Ia yang kudus dan agung berkenan menyatukan nasibNya dengan nasib manusia.
Fakta ini kita alami di dalam Kristus. Paulus menulis: "Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-9)
        Penderitaan memang menyakitkan dan menimbulkan luka. Tetapi manusia tidak pernah sendiri menghadapinya. Selalu saja ada teman dan sahabat yang ikut berbela rasa dengan kita memikul duka cita itu. Bahkan Tuhan juga menjadi sahabat kita. Yesus kawan yang sejati, bagi kita yang lemah, tiap hal boleh dibawa dalam doa padaNya. Inilah penghiburan sejati bagi manusia. Ini sumber kekuatan kita menghadapi penderitaan dengan percaya bahwa penderitaan itu bersifat sementara saja. Habis gelap akan terbit terang. Penderitaan ternyata membangkitkan pengharapan.

Thursday 3 February 2011

10 Tips Bekerja sebagai Karyawan!


Kamu adalah garam dunia, Kamu adalah terang dunia. Matius 5 : 13-14 Prinsip diatas adalah prinsip kerja yang sifatnya WAJIB ! yaitu sebagai TELADAN ! Entah kalian bekerja sebagai karyawan, buruh, atau apapun juga, simaklah beberapa tips dalam bekerja yang diajarkan konsultan & penasehat pribadi saya, Roh Kudus;
1.      Cintai Tuhanmu
Jika ingin berhasil! jangan uang / penghasilan yang kau cintai ! Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Pengkotbah 5:10
2.     Taat kepada pimpinan kita.
Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus. Efesus 6:5
3.     Jangan munafik dan jangan jadi penjilat.
Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah. Efesus 6:6
4.     Setia pada perkara kecil
( ingat, promosi itu datangnya dari Tuhan ) jika ingin naik pangkat ! Engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.. Matius 25;21
5.     Jangan punya mental tukang kas bon
yang suka berhutang!, ubah prinsip keuanganmu. Ingat satu hal, tidak ada bos yang suka terhadap karyawan yang selalu kas bon ! "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." Lukas 3:14
Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga. Roma 13:8
6.     Bayarlah pajakmu!
entah itu pajak penghasilan, pajak bumi bangunan dll ( asal jangan memanipulasi pajak, supaya berkatmu tidak terhalang ) "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Matius 22;21
7.     Gunakan fasilitas kantor sebaik mungkin
dengan penuh tanggung jawab ( contoh : menggunakan telepon tidak berlebihan ) Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?. Lukas 16:12
8.     Sukacita!
Buat apa kalau uang banyak, posisi tinggi tapi tidak bisa menikmati hidup dengan sukacita? Ingatlah hanya orang mati yang tidak bisa tersenyum ! Hati yang gembira adalah obat yang manjur. Amsal 17:22
9.     Bersyukur,
apapun yang terjadi! baik itu dipecat, difitnah atau hal yang tidak enak, sekalipun menimpa kita! Dan bersyukurlah.. Kolose 3:15 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan... Roma 8:28
10.  Setia pada perusahaan!
Jangan lakukan bisnis in bisnis yang merugikan perusahaan / melakukan pekerjaan yang membuat hatimu bercabang !
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.. Matius 6:24
Aktifitas kerjamu, mulailah dengan doa. Kuasa Roh Kudus akan memampukan engkau melakukannya, sehingga nama Tuhan akan ditinggikan
Sumber: Faith Hill Communication Indonesia