Sunday 3 October 2010

KETIKA ALLAH TERASA JAUH

Dan aku hendak menanti-nantikan Tuhan yang menyembunykan wajah-Nya terhadap kaum keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan DIa - Yesaya 8:17
       Mudah  untuk memuji Tuhan pada saat segala sesuatu berjalan dengan baik dalam kehidupan kita, yakni pada saat Dia menyediakan makanan, teman, keluarga, kesehatan dan situasi-situasi yang bahagia. tetapi keadaan tidak selalu menyenangkan, apa yang ada lakukan ketika Allah terasa jauh?
      Tingkat penyembahan yang terdalam adalah memuji Allah meski menderita, mengucap syukur kepada-Nya pada saat pencobaan, berharap kepada-Nya ketika dicobai, berserah diri sementara menderita, dan mengasihi Dia ketika terasa jauh.
      Persahabatan sering kali diuji melalui perpisahan, dipisahkan oleh jarak fisik atau tidak ada hubungan komunikasi. Dalam persahabatan dengan Allah, kita tidak akan selalu merasa dekat dengan-Nya. Untuk mendewasakan persahabatan kita, Allah akan mengujinya dengan masa-masa yang rasanya seperti perpisahan, yakni masa-masa ketika rasanya seolah-olah Allah telah meninggalkan atau melupakan kita.
      Selain Yesus, Daud adalah orang yang memiliki persahabatan paling dekat dengan Allah dibandingkan siapapun, Allah berkenan memanggilnya, "seorang "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya Tuhan, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu kesesakan? (Maz 10:1). Allahku, Allahku menagapa Engkau meninggalkan aku? aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang (Maz 22:2,3).
      Tentu Allah tidak benar-benar meninggalkan Daud, dan Dia tidak meninggalkan kita juga. berkali-kali Allah telah berjanji: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau". (Ibr 13:5b).
       Setiap orang percaya pernah mengalami keadaan ini. Hal tersebut menyakitkan dan tidak enak rasanya, tetapi sangat penting untuk perkembangan iman kita. Mengetahui hal ini memberi Ayub harapan ketika dia tidak bisa merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya, dia berkata: "Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia;di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas" (Ayub 23:8-10). Ketika Allah terasa jauh, anda mungkin berpikir bahwa Allah marah terhadap anda atau sedang menghukum anda karena suatu dosa. Sesungguhnya dosa memang memisahkan kita dari persekutuan yang akrab dengan Allah. Kita mendukakan Roh Allah dan memadamkan persekutuan kita dengan Dia melalui ketidak taatan, konflik dengan orang lain, kesibukan, persahabatan dengan dunia dan dosa-dosa lain.
       Situasi-situasi yang bisa paling memperbesar iman kita adalah saat-saat ketika kehidupan berantakan, dan Allah tidak bisa terasa jauh dari kita. Ini terjadi pada Ayub, dalam satu hari dia kehilangan segala-galanya, keluarganya, usahanya, kesehatannya, dan segala sesuatu yang dia miliki. Dan sepanjang 37 pasal dalam kitab Ayub kita bisa perhatikan bahwa Allah tidak mengatakan apapun. Tetapi diasaat semuanya ini terjadi pada Ayub, ia memuji Allah dan berkata: "  Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"(Ayub 1:20-22).
        Lalu apa yang kita lakukan ketika Allah terasa jauh?
1. Katakan kepada Allah secara persis apa yang anda rasakan
        Curahkan isi hati anda kepada Tuhan. Keluarkan semua emosi yang anda rasakan. Ayub melakukannya ketika dia berkata: " Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku. (Ayub 7:11) dia berseru ketika Allah terasa jauh. Allah bisa menangani kebimbangan, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebingungan dan keraguan kita. ketika kita berseru kepada-Nya.
        Ketika Daud dalam kesesakan dengan jujur dia berkata kepada Tuhan: "aku percaya sekalipun aku berkata: aku ini sangat tertindas. (Maz 11610). Ini kedengarannya seperti sebuah kontradiksi, aku percaya Allah, tetapi aku hancur! Keterbukaan Daud sebenarnya menunjukkan iman yang dalam. Pertama: dia percaya kepada Allah, kedua: dia percaya bahwa Allah akan mendengar doanya, ketiga: dia percaya bahwa Allah akan  membiarkannya mengatakan apa yang dia rasakan dan tetap mengasihinya.
2. Pusatkan perhatian pada keberadaan Allah, sifat-Nya yang tidak berubah.
         Tanpa menghiraukan keadaan dan perasaan anda, berpeganglah erat-erat pada karakter Allah yang tidak berubah. ingatkan diri anda tantang apa yang anda tahu benar untuk selama-lamanya mengenai Allah. Dia baik, Dia mengasihi saya, Dia menyertai saya, Dia mengetahui apa yang saya Alami, Dia peduli, Dia memiliki rencana yang baik bagi kehidupan saya. V. Raymond Edman berkata: "jangan pernah meragukan didalam gelap apa yang Allah katakan kepada Allah di dalam terang". Ketika kehidupan Ayub berantakan dan Allah diam, Ayub tetap menemukan hal-hal yang membuat dia bisa memuji Allah:
a. Bahwa Allah baik dan penuh kasih
b. Bahwa Allah maha kuasa
c  Bahwa Allah melihat sampai hal terkecil dari kehidupan saya
d. Bahwa Allah memegang kendali
e. Bahwa Allah memiliki rencana untuk kehidupan saya
f. Bahwa Allah akan menyelamatkan saya
          Percaya bahwa Allah menepati janji-Nya. selama masa-masa kekeringan rohani anda dengan sabar bersandar pada janji Allah, bukan pada emosi anda, dan menyadari bahwa Dia sedang membawa anda pada tiangkat kedewasaan yang lebih dalam. Suatu persahabatan yang didasarkan pada emosi pastilah dangkal, jadi jangn terganggu oleh kesulitan. Keadaan tidak dapat mengubah karakter Allah. Kasih karunia Allah tetap dalam kekuatan penuh. Allah tetap memihak pada anda, meskipun anda tidak merasakannya. Ketika tidak ada keadaan yang menguatkan, Ayub berpegang pada Firman Allah, dia berkata: "perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya".
         Keyakinan pada Firman Allah ini membuat Ayub tetap setia sekalipun tidak ada hal yang masuk akal. Imannya kuat ditengah-tengah penderitaan: "Allah boleh membunuhku, tetapi aku tetap akan mempercayai-Nya. Ketika anda merasa ditinggalkan oleh Allah tetapi anda tetap mempercayai-Nya tanpa peduli pada perasaan-perasaan anda, anda sedang menyembah Dia dengan cara yang terdalam. Ingatlah apa yang Allah kerjakan pada anda. Seandainya Allah tidak pernah melakukan hal lain apapun bagi anda, Dia tetap layak menerima pujian anda selama sisa hidup anda karena apa yang telah Yesus lakukan bagi anda diatas kayu salib. Dia mati bagi anda dan saya, inilah alasan terbesar untuk menyembah-Nya. Amin

GBU

From: Buletin GEPKIM (Gereja Pentakosta Kudus Immanuel), 03 Oktober 2010





No comments:

Post a Comment