Monday 1 November 2010

DIMANAKAH ALLAH KETIKA ORANG BENAR MENDERITA

Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.  Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,  dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. (I Ptr 3: 14-17).

            Mengapa orang benar menderita??? Menjadi pertanyaanklasik, yang ditanyakan oleh orang-orang percaya diseluruh dunia dari generasi ke generasi. Dimanakah Allah saat umat-Nya menderita??? Ayub menjadi salah satu bukti nyata, orang benar yang menderita, demikian halnya juga dengan para saksisaksi iman lainnya. Kerap kali penderitaan mereka tidak masuk akal, namun nyata. Mereka mengalami siksaan keji diluar kemampuan manusia. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara dipadang gurun dan dipegunungan dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik (Ibr 11: 37-39).

            Kenyataan yang demikian telah memunculkan pertanyaan besar, dimanakah Allah ketika umat-Nya, hamba-Nya menderita? Apakah Allah berdiam diri? Apakah Allah mengabaikan umat-Nya? Jelas tidak! Kisah Ayub menjadi salah satu bukti nyata bagi kita. Bahwa penderitaan orang benar sungguh di perhatikan Tuhan Allah. Dan penderitaan adalah sumber kebahagiaan bagi orang percaya. “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yak 1:12).

            Banyak orang yang keliru, dan berpikir bahwa penderitaan adalah penghukuman dari Allah. Ini mungkin saja benar, tetapi tidak selamanya demikian. Ayub membuktikan bahwa penderitaan datang bukan karena dosa atau hukuman, melainkan karena Allah hendak menguji kepercayaan hamba-Nya. Dalam segala kemalangan yang dialaminya Ayub berkata, “dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku kembali kedalamnya. Tuhan yang member, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. (Ayub 1:21-22).

            Bagi orang benar,  penderitaan bukan berarti Tuhan sedang mengabaikan umat-Nya atu tidak peduli dengan hamba-Nya, tetapi penderitaan adalah:
1.      Jalan menuju kebahagiaan (Yak 1:12)
Penderitaan bukan akhir segalanya, tetapi awal dari nikmat yang akan kita terima dari Tuhan. Hal ini dengan jelas dikatakan Firman-Nya: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan  (Yak 1:2-3). Kita akan memahami arti dan makna kebahagiaan apabila kita pernah mengalami penderitaan, baginya tersedia sukacita dan kebahagiaan yang luar biasa. Bahkan akan menerima mahkota kehidupan yang disediakan Allah khusus bagi umat-Nya yang tetap setia menghadapi segala bentuk penderitaan karena iman kepada Kristus. Ayub telah membuktikan dan menerimanya. Ketika ia menang menghadapi penderitaan yang menerpanya, kini tersedia baginya bahagia dan kenikmatan yang luar biasa. Firman Allah dengan jelas mengatakan: Lalu Tuhan memulihkan keadaan ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada ayub dua kali lipat segala kepunyaannya dahulu. (Ayub 42:10). Ayub telah menikmati dan mengalaminya, kini giliran anda… sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar, tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!

2.      Awal menikmati kuasa kedahsyatan Allah.
Bagi orang percaya penderitaan adalah awal dari pembuktian dari kebesaran dan kemuliaan Allah. Ketika orang percaya tetap berdiri kokoh di tengah penderitaan maka kita akan melihat mujijat dan pertolongan Tuhan akan nyata bagi kita. Sebagaimana Sadrak, Mesak dan Abednego yang tetap berdiri kokoh dalam imannya meskipun penderitaan besar menghampiri mereka, mereka tetap berkata: “jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami  dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu ya raja; teteapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan 3:17-18).

Dalam kenyataan hidup yang kita jalani, mungkin anda pernah mengalami penderitaan yang diluar akal anda. Anda mungkin sudah berdoa, berpuasa, namun seolah Allah diam dan tak peduli dengan apa yang anda alami. Jangan cepat mengambil kesimpulan! Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya.

Kadangkala Allah mengizinkan kita mengalami penderitaan, supaya kita sadar bahwa penderitaan adalah awal dari nikmat dan bahagia dari Allah, dan penderitaan karena iman adalah awal dari penyataan kehebatan kuasa Allah. Karena itu ketika penderitaan datang bersyukurlah, hadapilah dengan tenang! Sebab “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (I Kor 10:13).

From : Warta Jemaat GEPKIM-Batu Aji (Batam), 31 Oktober 2010.



No comments:

Post a Comment