Monday 1 November 2010

MENJALANI KEHIDUPAN BERSAMA-SAMA

Hendaklah damai sejahtera Keistus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah, Nyanyian ziarah Daud. Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara- saudara diam bersama dengan rukun! (Kolose 3:14: Maz 133:1)
Allah memaksudkan agar kita menjalani kehidupan bersama-sama. Alkitab menyebut pengalaman bersama ini sebagai persekutuan. Namun, sekarang kita ini telah kehilangan sebagian besar makna alkitabiahnya. Persekutuan sekarang berarti obrolan biasa, sosialisasi, makanan dan kegembiraan. Persekutuan yang sesungguhnya jauh lebih dari sekedar muncul pada kebaktian dan kegiatan-kegiatan lainnya. Persekutuan yang sesungguhnya adalah menjalani kehidupan bersama-sama. Persekutuan termasuk mengasihi dengan tidak mementingkan diri sendiri, berbagi pengalaman dengan jujur, melayani secara praktis, member dengan berkorban, menghibur dengan penuh simpati, dan semua perintah  “saling” lainnya yang terdapat dalam Perjanjian Baru.
                Tubuh  Kristus, seperti tubuh kita sendiri, benar-benar merupakan kumpulan dari banyak sel kecil. Karena alas an ini, orrang Kristen perlu terlibat dalam sebuah kelompok kecil di dalam gereja. Disinilah suatu persekutuan yang sesungguhnya berlangsung. Allah telah membuat janji yang luar biasa berkaitan dengan kelompok-kelompok kecil orang percaya: “sebab dimana dua tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu aku ada ditengah-tengah mereka.” (Mat 18:20). Sayangnya, banyak kelompok kecil terjebak dalam kedangkalan dan tidak memiliki petunjuk tentang bagaimana rasanya mengalami persekutuan yang sejati. Apa perbedaan persekutuan yang sejati dan yang palsu?
                Dalam persekutuan yang sejati, orang mengalami otensitas. Persekutuan yang otentik bukan obrolan basa-basi yang dangkal. Persekutuan tersebut merupakan tindakan berbagi pengalaman secara sungguh-sungguh dari hati ke hati, kadang-kadang tingkat yang paling dalam. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Mereka menceritakan luka-luka hati mereka, menyatakan perasaan-perasaan mereka, mengakui kegagalan-kegagalan mereka, mengungkapkan kebimbangan mereka, mengakui ketakutan mereka, mengakui kelemahan mereka, dan meminta bantuan serta doa.
                Hanya bila kita terbuka tentang kehidupan kita barulah kita mengalami persekutuan yang sejati. Alkitab mengatakan, “Tetapi jika kita hidup dalam terang sama seperti Dia ada dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain. Dan darah Yesus anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (I Yoh 1:7,8). Dunia mengira keakrapan terjadi di dalam gelap, tetapi Allah mengatakan bahwa keakraban terjadi di dalam terang. Kegelapan digunakan untuk menyembunyikan sakit hati, kesalahan, ketakutan, kegagalan dan kelemahan kita. Tetapi di dalam terang, kita membuka semuanya dan mengakui siapa diri kita sebenarnya.
                Sifat otentik membutuhkan keberanian dan kerendahan hati. Ini berarti harus berani menghadapi keterbukaan, penolakan dan sakit hati. Mengapa orang perlu mengambil resiko seperti ini? Karena itulah satu-satunya cara untuk bertumbuh secara rohani dan sehat emosional. Alkitab mengatakan, “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh, doa orang benar, bila dengan yakin di doakan, sangat besar kuasanya (Yak 5:16). Kita hanya bertumbuh dengan cara mengambil resiko, dan resiko yang paling sulit dari semuanya adalah bersikap jujur terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka.
                Dalam persekutuan yang sejati orang-orang mengalami simpati. Simpati bukanlah memberikan nasehat atau menawarkan bantuan cepat yang hanya basa-basi. Simpati adalah masuk dan turut merasakan penderitaan orang lain. Simpati berkata, “ saya memahami yang anda alami, dan apa yang anda rasakan tidaklah aneh atau gila. Sekarang beberapa orang menyebutnya empati Alkitab berkata, “karena itu sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran (Kol 3:12).
                Simpati memenuhi dua kebutuhan dasar manusia; Kebutuhan untuk dipahami dan kebutuhan agar perasaan-perasaan kita di terima. Setiap kali kita memahami dan menerima sering kali kita begitu tergesa-gesa membereskan berbagai hal sehingga kita tidak memiliki waktu untuk bersimpati terhadap orang lain. Atau kita dipenuhi oleh luka-luka batin kita sendiri. Rasa mengasihani diri sendiri mengeringkan simpati kita bagi orang lain.
                Ada tingkat-tingkat yang berbeda dari persekutuan, dan masing-masing tingkat cocok untuk segala waktu. Tingkat paling sederhana dari persekutuan adalah persekutuan untuk berbagi pengalaman dan persekutuan untuk mempelajari Firman Allah bersama-sama. Tingkat yang lebih dalam ialah persekutuan untuk melayani. Tingkat yang dalam dan kuat ialah persekutuan dalam penderitaan, dimana kita masuk kedalam setiap penderitaan dan duka cita orang lain dan saling menanggung beban. Orang-orang Kristen yang memahami tingkat ini dengan sangat baik adalah orang-orang diseluruh dunia yang dianiaya, dianggap hina, dan seringkali dibunuh sebagai martir karena iman mereka.
                Alkitab memerintahkan: “Bertolong-tolonglah menaggung beban-mu! Demikianlah kamu memenuhi hokum Kristus. (Galatia 6:2). Pada masa-masa krisis, duka cita, dan kebimbangan yang dalamlah kita paling membutuhkan satu sama lain. Ketika keadaan menghantam kita ketitik dimana iman kita melemah, itulah saatnya kita membutuhkan teman-teman yang percaya.
                Dalam persekutuan yang sejati orang-orang memperoleh belas kasihan. Persekutuan adalah tempat kasih karunia, dimana kesalahan tidak diungkit-ungkit tetapi dihapuskan. Persekutuan terjadi ketika belas kasihan menang atas keadilan. Kita semua butuh belas kasihan, karena kita semua tersandung dan jatuh dan membutuhkan pertolongan untuk kembali kejalur. Kita perlu saling memberikan belas kasihan dan bersedia menerimanya dari orang lain. Firman Tuhan berkata, “sebab barang siapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni – seandainya ada yang harus kuampuni-- , maka hal itu kubuat oleh karena kamu dihadapan Kristus supaya iblis jangan berolah keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya. (II Kor 2:10,11).
                Kita tidak bias memiliki persekutuan tanpa pengampunan. Allah memperingatkan kita supaya jangan menaruh dendam, karena kebencian dan dendam selalu menghancurkan persekutuan. Karena kita adalah orang-orang berdosa yang tidak sempurna kita pasti saling melukai bila kita bersama-sama untuk waktu yang sangat lama. Kadang-kadang itu dilakukan dengan sengaja atau tidak, tetapi sengaja atau tidak, dibutuhkan banyak belas kasihan dan kasih karunia untuk menciptakan dan memelihara persekutuan. Alkitab berkata, “sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kol 3:13).
                Belas kasihan Allah kepada kita adalah  motivasi untuk menunjukkan belas kasihan kepada orang lain. Ingat, kita tidak akan pernah diminta untuk mengampuni orang lain lebih dari Allah yang telah mengampuni kita. Kapanpun hati kita dilukai oleh seseorang, kita memiliki pilihan untuk diambil; akankah saya menggunakan tenaga dan emosi saya untuk membalas dendam ataukah untuk memecahkan masalah? Kita tidak bias melakukan dua-duanya. Banyak orang enggan menunjukkan belas kasihan karena mereka tidak paham perbedaan antara pengampunan dan kepercayaan. Pengampunan adalah melepaskan masalalu. Kepercayaan berkaitan dengan perilaku masa depan.
                Pengampunan harslah segera, entah seseorang memintanya atau tidak. Kepercayaan harus dibangun kembali bersama waktu. Kepercayaan membutuhkan catatan kinerja. Jika seseorang melukai anda berulang-ulang, anda diperintahkan Allah untuk mengampuninya segera, tetapi anda tidak diharapkan untuk mempercayai mereka segera, dan mereka tidak diharapkan untuk terus membiarkan mereka melukai hati anda.

FROM : WARTA JEMAAT GEPKIM – BATU AJI (BATAM), 24 OKTOBER 2010

No comments:

Post a Comment