Friday 19 November 2010

MEMBERI TANPA PAMRIH

   Di sebuah lembah sebelah utara pegunungan Alpen, Jerman, ada
  sebuah biara terkenal, namanya Maulbronn. Sejarah panjangnya bisa
  ditelusuri sejak tahun 1147. Pada 1993, oleh UNESCO, tempat tersebut
  diangkat sebagai salah satu warisan budaya dunia. Salah satu yang
  terkenal dari biara ini adalah sebuah mata air yang keluar dari sisi
  sebuah bukit. Aliran air tersebut dialirkan melalui sebatang pohon
  yang sudah terlebih dahulu dikosongkan, sehingga berbentuk pipa.
  Batangan pohon tersebut bersambung dengan batangan pohon lain.
  Begitu seterusnya. Derasnya aliran air membuat suara gemericik air
  menjadi salah satu atraksi tersendiri di sana.

  Di samping rangkaian batang pohon itu terdapat sebuah tulisan dalam
  bahasa Jerman, yang artinya: "Jika ada orang yang datang dan meminum
  air ini, apakah mereka akan berterima kasih? Tetapi, tidak apa-apa,
  bagaimanapun saya akan terus mengalir dan bergemericik. Betapa indah
  dan sederhananya hidup saya: saya memberi dan terus memberi."

  Berbuat baik kepada sesama tanpa memperhitungkan balas jasa atau pun
  ucapan terima kasih adalah salah satu aspek dari kemurahan hati.
  Dan, murah hati (bahasa Yunani: eleemon) adalah salah satu karakter
  Bapa. Dia berbuat baik kepada orang yang tidak tahu berterima kasih,
  bahkan juga kepada yang jahat (ayat 35). Tuhan ingin kita, para
  pengikut-Nya, mempunyai kualitas hidup "lebih" dari yang biasa-kalau
  kita hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita,
  apalah istimewanya? Maka, perlu kita bercermin kepada kemurahan hati
  Bapa; yang memberi tanpa pamrih, berbagi tanpa syarat --AYA

         BERBUAT BAIK KEPADA ORANG LAIN ITU TINDAKAN TERPUJI
            TETAPI BERBUAT BAIK TANPA PAMRIH ITU ISTIMEWA

No comments:

Post a Comment